All Chapters of Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin: Chapter 321 - Chapter 330

Saat siang hari. Clara menemui Gio di kafe tempat mereka janjian bertemu.Clara duduk dengan ekspresi gugup dan panik. Dia juga takut jika Gio tidak terima dengan apa yang sudah dilakukannya semalam.Saat Clara menunggu sambil mengaduk-aduk jusnya, dia akhirnya melihat sosok pria yang semalam dia cium paksa.Clara meneguk ludah kasar saat memandang Gio yang berjalan ke arahnya. Pria yang satu tahun lebih tua darinya itu tampak begitu gagah meski hanya memakai kemeja polos yang tak dikancingkan dan memperlihatkan kaus bagian dalam.“Sudah lama menunggu?” tanya Gio sambil menarik kursi yang berhadapan dengan Clara.“Tidak terlalu lama,” jawab Clara lalu tersenyum canggung untuk menutupi kepanikannya, mungkin lebih tepatnya rasa malu saat mengingat perbuatannya semalam.Gio tak langsung bicara. Dia memilih memanggil pelayan dan memesan minuman. Setelah memesan, Gio menatap Clara yang tersenyum canggung ke arahnya.“Ada apa meminta bertemu?” tanya Gio akhirnya mengajak bicara.Clara malah

Sehari setelah pesta Raynar dan Arunika, mereka pergi ke pengadilan untuk mendengar hasil keputusan sidang yang sudah dilakukan beberapa kali hingga akhirnya hari ini hakim akan mengumumkan hukuman apa yang akan dijatuhkan pada Hendry, Andre, dan satu pria suruhan Andre.Beberapa sidang sebelumnya berlangsung alot karena pihak Hendry terus menyangkal bukti-bukti juga pernyataan dari Jaksa Penuntut Umum.“Kenapa Nenek datang ke sini?” Arunika terkejut saat melihat Nenek Galuh datang ke pengadilan.Nenek Galuh tersenyum, lalu membalas, “Hanya ingin melihat, sampai mana pengadilan akan menghukum Hendry. Seharusnya dia memang mendapatkan hukuman berat atas semua yang sudah dia lakukan.”Arunika menggandeng tangan Nenek Galuh, lalu mereka segera masuk ke ruang persidangan bersama Raynar juga Erik dan yang lainnya.Mereka sudah menunggu di ruang persidangan. Hendry dan pelaku lain digiring masuk, saat itu tatapan Hendry menangkap sosok Nenek Galuh. Dia melangkah sambil terus memandang ke ar

Winnie keluar dari kamar lalu duduk dekat dengan kedua orang tuanya dan menjadi pusat perhatian semua orang, apalagi Tommy.Tommy terus menatap pada Winnie, dia terpesona dengan penampilan Winnie saat memakai make up meski minimalis tetapi terlihat begitu cantik.Orang tua Winnie dan keluarganya syok melihat banyaknya barang yang dibawa rombongan Tommy, tak hanya untuk Winnie, ternyata Arunika juga menyiapkan barang-barang untuk keluarga Winnie.“Seperti apa yang Winnie sampaikan, kedatangan kami ke mari untuk melamar putri Anda, Winnie, untuk saudara kami, Tommy. Saya harap Anda bisa menerima lamaran ini dengan baik,” ucap Arunika angkat suara untuk Tommy.Kedua orang tua Winnie tersenyum-senyum, lalu ayah Winnie mulai bicara.“Kami ingin yang terbaik untuk putri kami, juga menghormati keputusannya. Jika memang Winnie sudah cocok dan siap menikah dengan Nak Tommy, kami hanya bisa merestui,” ucap pria paruh baya itu.Arunika dan yang lain menatap pada Tommy, lalu memandang pada Winnie

Tiga bulan berlalu dengan cepat. Akhirnya hari ini pernikahan Tommy juga Erik akan digelar. Namun, karena pernikahan mereka diadakan bersamaan, serta tamu undangan yang melebihi kapasitas jika diadakan di gedung, akhirnya mereka sepakat menggelar acara pernikahan bertema outdoor.Tempat khusus yang sudah disiapkan WO, kini disulap menjadi tempat pernikahan elegan. Ada dua altar di sana, kursi-kursi dan meja sudah ditata rapi, makanan dan minuman untuk tamu undangan pun sudah disiapkan dengan sempurna memanjakan lidah para tamu.Arunika sudah ada di sana sejak pagi, memastikan tempat dan hidangan yang disajikan sudah siap agar tidak mengecewakan tamu yang hadir.“Kamu seperti ibu-ibu pemilik hajat yang memastikan semuanya berjalan baik.”Suara yang terdengar di telinga kanan membuat Arunika menoleh dan melihat wajah suaminya yang begitu dekat dengannya.“Ya, aku sudah janji akan mengatur pesta pernikahan mereka tanpa kurang satu apa pun, jadi aku harus memastikan mereka mendapatkan pest

Arunika mengerutkan kening mendengar suara lantang Clara dari seberang panggilan.“Kenapa, sih? Suaramu seperti sedang menolak mentah-mentah tawaran musuhmu?” tanya Arunika keheranan.“Bukan, bukan begitu maksudku. Aku hanya tidak mau merepotkanmu, lagian ada Papa yang akan jemput lalu kami mau kumpul dulu.”“Oh … ya bilang saja, nolaknya sampai segitunya, aku berasa patah hati.”Arunika mendengar suara tawa dari seberang panggilan, lalu Clara kembali bicara.“Ya sudah, aku mau mengabarimu itu saja. Besok aku harus siap-siap agar bisa pulang tepat waktu. Sampai ketemu di sana, aku tidak sabar bertemu denganmu.”Arunika tersenyum dan membalas, “Aku juga, aku bahkan punya hadiah untukmu.”“Senangnya, tunggu aku pulang.”Arunika menatap layar ponselnya setelah panggilan itu berakhir. Dia tersenyum penuh kelegaan karena akhirnya Clara akan pulang dan bisa menghabiskan liburan bersama Clara.**Saat malam hari. Raynar baru saja selesai mandi dan membuka laci samping nakas untuk mengambil s