All Chapters of IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT : Chapter 171 - Chapter 180

“Suara apa itu?” gumam Nabila.Nabila bangun dari posisi tidurnya. Lantas ia turun dari tempat tidur, kemudian keluar dari kamarnya, ingin memastikan suara apa yang baru saja ia dengar.Nabila mengedarkan pandangan, guna mencari sumber suara yang sempat ia dengar barusan.“Apa mungkin ada maling masuk, ya, ke sini? Ya Tuhan … jangan sampai itu terjadi,” batin Nabila.Nabila mengendap-endap berjalan ke ruangan lain. Satu persatu ruangan ia periksa. Pertama ia memeriksa kamar sebelah yang tidak ia tempati. Namun, setelah Nabila memeriksa kamar tersebut, ia tidak menemukan siapa pun di dalam sana.Lanjut Nabila berjalan ke arah ruangan lain, yakni ruang tengah dan dapur. Setelah diyakini ruang tengah tidak ada yang mencurigakan, Nabila lanjut berjalan ke arah dapur.Tubuhnya cukup bergetar menahan ketakutan. Takut jika kecurigaannya tentang adanya maling masuk, benar adanya.Di pojok ruang tengah Nabila melihat sapu berdiri bersandar di tembok, tak jauh dari tempatnya berdiri. Diraihnya

Nabila bergegas pergi menuju penjual bahan-bahan kue. Ia membelinya sebanyak mungkin, untuk persediaan beberapa hari ke depan.Setelah bahan-bahan kue yang diinginkan telah didapat, Nabila pun keluar dari pasar itu. Merasa haus, ia pun meneguk air putih yang ia bawa dari rumah. Namun, saat ia baru saja selesai minum, keranjang yang ia letakkan di bawah, tiba-tiba seseorang mengambilnya. Membuat Nabila membelalakkan matanya.“Eh-eh, Mas … itu punya saya. Jangan diambil!” tegur Nabila.Lelaki bertubuh tinggi besar dan tato di kedua tangannya itu menoleh ke arah Nabila.“Saya hanya ingin membantu, ini pasti berat!” sahut lelaki itu.Nabila mengernyitkan dahinya. Ia menatap bingung kepada lelaki yang berpenampilan seperti preman itu.“Em … tidak usah, terima kasih. Saya bisa bawa sendiri,” tolak Nabila secara halus.Lelaki itu mendengus kesal, membuat Nabila cukup waspada. Takut jika lelaki itu ternyata adalah penjahat yang berpura-pura baik untuk menolongnya. Padahal ada niat terselubung

“Maaf, kamu siapa, ya?” tanya Nabila.Wanita yang tidak Nabila kenal itu pun tersenyum lebar. Menampakkan deretan giginya yang berwarna putih.“Saya Indah, ini dengan Mbak Nabila, kan?” tanya wanita yang bernama Indah.Nabila mengangguk, ia tidak tahu siapa indah, dan ada tujuan apa wanita itu datang ke rumahnya.“Iya, saya Nabila. Em … apa kita saling mengenal?” tanya Nabila balik.“Kita memang belum pernah saling mengenal. Saya istrinya mas Sanusi, Mbak kenal, kan, sama suami saya itu? Saya ke sini, karena kata mas Sanusi Mbak mau jualan di kampung sebelah hari ini. Kebetulan saya juga mau ke sana, mau jualan kopi. Nah … karena tujuan kita sama, sebaiknya kita berangkat barengan saja. Mas Sanusi juga sudah ada di sana, sekarang dia sedang melamar jadi kuli. Apalagi Mbak kan sedang hamil besar, kalau ada temannya kan, kita bisa saling membantu kalau ada apa-apa. Em … ngomong-ngomong saya juga mau mengucapkan banyak terima kasih karena Mbak kemarin sudah memberikan kue sama anak saya.

Nabila terkejut, lantas menoleh ke arah anak kecil tersebut. Anak itu tersenyum manis ke arah Nabila. Membuat wanita itu terkesima melihatnya.“Hei … siapa kamu, Nak? Sedang apa kamu di sini?” tanya Nabila.Anak itu mengurai pelukannya, lantas tangannya menunjuk ke arah keranjang kue.“Kamu mau ini?” tanya Nabila.Anak itu mengangguk kecil. Nabila yang tak bisa terlepas dari wajah tampan anak itu, hanya bisa tersenyum menatapnya.“Kamu boleh pilih kue yang kamu mau,” ujar Nabila.Anak itu lantas berjongkok, mengambil kue yang ia mau.“Mau dua!” seru anak kecil itu.“Boleh, ambil saja tidak apa-apa!” sahut Nabila.Setelah mengambil kue, anak itu lalu membuka bungkusan kuenya. Kemudian memakannya dengan begitu nikmat.“Kamu suka kuenya?” tanya Nabila.Anak itu hanya mengangguk, sambil terus memakan kue. Nabila dan Indah saling melempar pandang sambil tersenyum kecil.“Tampan sekali anak ini ya, Mbak,” ujar Indah, yang disambut oleh anggukan kepala Nabila.Nabila dan Indah tampak senang

Nabila terisak di dalam kamarnya cukup lama. Setelah tangisnya mereda, barulah ia mau bangun, lalu beranjak dari tempat tidurnya. Ia berjalan menuju pintu, lalu membukanya.Setelah pintu terbuka, Ello sudah tidak ada di sana. Nabila pun tidak lagi melihat mobil Ello di depan rumah.Nabila menyandarkan punggungnya di tembok. Ia pun merasa bersalah kepada Ello karena telah mendiamkannya. Ia tahu, Ello khawatir terhadap dirinya. Namun, hanya itu yang bisa Nabila lakukan, untuk sekedar menyibukkan diri di tengah-tengah kesepian yang selalu ia rasakan.“Maafkan aku, Mas. Tidak seharusnya aku bersikap seperti itu sama kamu,” gumam Nabila.Saat ini, Nabila tidak ada semangat untuk membuat adonan kue. Perasaannya merasa tidak nyaman. Apakah ia harus menuruti keinginan Ello?Saat malam tiba, pukul 9 malam Nabila tengah duduk seorang diri di depan televisi. Walau pun televisi itu dalam keadaan menyala. Namun, Nabila hanya menatap kosong ke arahnya. Tidak ada acara yang menarik untuk dinikmati.