Pagi itu, seperti biasa, Aluna sudah siap lebih dulu. Rambut panjang hitamnya diikat rapi. Ia dan Elvano memang memanggil ibunya dengan sebutan Bunda.Namun pagi ini Aluna merasa kesal, sebab Elvano lagi-lagi sangat lambat. Bangunnya pun selalu kesiangan.“Van, kamu tuh lama banget sih!” gerutu Aluna, sambil melirik jam tangannya.Ayunda, yang sejak tadi juga sudah habis kesabaran, ikut menegur, “Elvano! Ayo cepat, Nak! Sudah jam berapa ini?”Namun Ayah mereka, Dipta, hanya tertawa kecil. “Nggak apa-apa, Bunda. Anak SMA kan masih masa pertumbuhan, masuknya juga belum terlalu pagi.”“Ah, Ayah ini terlalu memanjakan Elvano,” keluh Bunda sambil menggeleng.Tak lama kemudian, Elvano akhirnya muncul, meski dasinya masih miring. Bunda segera merapikan dasinya, lalu menyerahkan bekal untuk Aluna dan Elvano. Meskipun keluarga mereka kaya raya, Bunda selalu menekankan untuk hidup sederhana dan tidak boros.“Ini bekalnya, makan ya di sekolah. Jangan jajan yang aneh-aneh,” pesan Bunda.“Iya, Bun
Terakhir Diperbarui : 2025-06-30 Baca selengkapnya