Malam itu juga, Dipta langsung menemui William.Keduanya duduk di ruang kerja William, membahas dengan serius bagaimana cara menemukan Anggun secepat mungkin, dan jika perlu, membawa Anggun ke rumah sakit jiwa agar tak lagi membahayakan siapa pun—termasuk dirinya sendiri.“Kita nggak punya banyak waktu, Dit,” ucap William sambil menatap sahabatnya itu. “Anggun sudah kabur, dan kondisinya nggak stabil. Kita harus bertindak sebelum ada yang terluka.”Dipta mengangguk pelan, wajahnya terlihat letih tapi penuh tekad. “Aku setuju, Wil. Biar bagaimanapun juga, kalau dia nggak dirawat, bukan cuma keluargaku yang bisa celaka… dia sendiri juga bisa hancur.”***Pagi harinya Adam bersama kedua orang tuanya datang ke kediaman Dipta. Wajah mereka tampak lelah dan dipenuhi rasa bersalah. Begitu sampai, mereka langsung membungkuk, menahan air mata.“Maafkan kami, Pak Dipta … Bu Ayunda,” ucap ayah Adam, suaranya berat dan gemetar. “Kami sama sekali tidak menyangka kalau Anggun akan seobsesif itu. Di
Terakhir Diperbarui : 2025-07-04 Baca selengkapnya