Dipta merasa kesal dan akhirnya meluapkan semuanya. Emosi yang selama ini dipendamnya meledak begitu saja, tak terbendung lagi. Ia memukul meja, membanting berkas-berkas yang sedari tadi digenggamnya, dan berteriak, “Kalian sudah keterlaluan!”Tubuhnya gemetar, bukan hanya karena amarah, tetapi juga karena rasa kecewa yang teramat dalam. Selama ini, ia mencoba menahan semuanya, berharap keluarganya bisa berubah, bisa memahami. Tapi harapannya hanya tinggal harapan kosong.Ayunda, yang sedari tadi berdiri tak jauh darinya, segera memeluk tubuh lelaki itu dari belakang. Pelukannya erat, tulus, mencoba menjadi tempat bersandar bagi sosok yang terlihat kuat di luar, namun menyimpan luka yang tak terucap.Di balik tubuh kokohnya, ada hati Dipta yang kosong dan rapuh. Semua yang ia bangun, semua kepercayaannya, diruntuhkan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi pelindung dan pendukung utamanya.“Kamu sekarang nggak sendirian. Ada aku di sini, Dipta,”
Terakhir Diperbarui : 2025-06-25 Baca selengkapnya