All Chapters of Pria Perkasa Penakluk Wanita: Chapter 581 - Chapter 590

Beberapa tahun sebelum saya mulai bersekolah di Regan Hills High School, sebagian besar kampus sedang dalam proses pembangunan untuk memberikan tampilan yang lebih baru dan modern. Saya tidak bisa tepat mengatakan apa yang mereka lakukan, tapi menurut saya, kampus itu terlihat begitu jelek dan menindas sehingga sekolah seharusnya mengeluh kepada kontraktor mereka dan meminta uang kembali. Meskipun sudah selesai, kampus itu memiliki suasana yang jelek dan menindas, yang hampir berlawanan dengan apa yang saya yakini seharusnya ada di lingkungan sekolah menengah, karena sekolah menengah itu sendiri sudah cukup jelek dan menindas.Mungkin sisa terburuk dari renovasi adalah ujung utara lapangan sepak bola sekolah kami. Dengan sebagian besar sekolah tidak dapat diakses, lapangan sepak bola sekolah (tentu saja lapangan sepak bola yang berharga tidak tersentuh) ditutupi oleh puluhan kelas portabel yang lebih mirip kamp interniran daripada yang pernah dimaksudkan siapa pun. Meskipun konstruksi

"Jujur saja," katanya, menghentikan ciuman kami. Karena terdengar seolah dia ingin bicara, aku turun mencium lehernya, yang rasanya cukup nikmat dari dirinya dan kurang nikmat dari bedak putih. Jika dia akan memberi aku bekas gigitan, aku pikir adil untuk berbagi.Josie melanjutkan. "Mungkin aku sudah mengatur sesi bercinta ini dengan Nadia. Melihat kalian berdua bercinta membuatku begitu terangsang, aku tahu aku harus memilikimu, tapi dengan Homecoming dan kamu yang kehilangan kendali, aku tidak pernah benar-benar punya kesempatan, jadi dia dan aku membuat kesempatan itu. Kamu tidak akan percaya berapa kali aku membuat diriku klimaks memikirkanmu. Kamu tidak marah, kan?" "Tidak. Aku kira memang begitu," kataku. "Oh, bagus," katanya, sambil kita terus berciuman. "Nadia punya cara yang menarik, bukan?" kataku. "Kamu tidak tahu," jawab Josie.Mengetahui bahwa ini akan menuju ke tempat di mana kita berdua ingin merasa nyaman segera, aku melihat sekeliling saat kita berciuman, dan

Melepaskan pegangannya dari batang kemaluanku, dia merangkak ke atas bantalan di sampingku dengan posisi empat kaki, memperlihatkan liang keintimannya dan belahan belakangnya kepadaku. Aku merangkak melintasi busa lembut menuju padanya, batang kemaluanku yang membara bergoyang-goyang dengan setiap gerakan. Pantatnya terlihat begitu menggoda, tapi aku akan menghukumnya, aku akan menggaulinya dengan kasar, aku akan memberinya sodomi yang tak akan pernah dia lupakan.Saat itu aku menyadari bahwa ini mungkin persis apa yang dia inginkan dariku, mengapa dia berhenti dan memancingku seperti itu. Suara kecil di belakang pikiranku mungkin bahkan sedikit terkesan dengan apa yang dia lakukan.Tapi bagian lain dari diriku masih sangat terpaku pada "hukum pantat itu".Aku menyesuaikan batang kemaluanku dengan belahan belakangnya, mengetuk kepala batang kemaluanku ke belahan belakang yang hampir tidak terlihat cukup besar untuk menampung jari, apalagi batang kemaluanku yang besar dengan kepala yan

Ketika pertama kali bergabung dengan Puma Press, saya berpikir bahwa tugas-tugas saya akan sama seperti orang lain di surat kabar sekolah biasa: menulis, meneliti, mengedit, dan mengulangi proses tersebut sambil mengembangkan keterampilan saya dan membantu visi editor kami, Nadia, untuk memenangkan beberapa penghargaan pada akhir tahun. Dengan sahabat terbaik saya, Tori, yang sudah menulis untuk koran tersebut, ini akan menjadi cara yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu sambil tetap mendapatkan poin ekstrakurikuler yang bagus yang akan terlihat bagus saat saya mengajukan permohonan masuk perguruan tinggi. Saya tahu ini akan menjadi komitmen, tetapi ini adalah komitmen yang parameternya bisa saya prediksi.Saya tidak menyangka Halloween Scream, karnaval Halloween tahunan Regan Hills High School, akan terjadi.Saya tidak menyangka Nadia akan sukarela bergabung dengan Puma Press untuk mendirikan rumah hantu di salah satu bungalow kosong di sekolah kami, dan saya pasti tidak menyangk

"Meskipun aku senang kalian berdua asyik bertukar cerita dan saling memberi jempol, aku masih merasa sakit di sini," kataku."Dia selalu mengeluh sebanyak ini?" tanya Josie."Seperti yang kamu tidak percaya," Tori tertawa."Sialan kamu, dan sialan kamu," aku bercanda, memberi mereka jari tengah. Tori mengerutkan kening dan Josie tertawa, tapi masing-masing dari mereka memegang tanganku dan membantu aku berdiri. Mereka mengolok-olokku dan aku membalasnya, karena itulah yang dilakukan teman.Teman...Apakah itu yang Josie dan aku? Aku tidak berniat menjadi temannya, terutama mengingat perkenalan utama kami tahun ini. Aku tahu kita punya chemistry seksual yang bagus, sama-sama suka film horor, dan dia menyenangkan untuk diajak bekerja sama dalam proyek rumah hantu ini, tapi apakah mungkin kita benar-benar menjadi teman? Bisakah kita benar-benar mengenal dan menyukai satu sama lain di luar situasi gila ini? Aku suka berpikir begitu. Akan terasa baik menjadi temannya, pikirku, bahkan saat