Di ruang kerja yang megah dan dipenuhi aroma kayu tua, Priambodo duduk di balik meja besar berukir. Wajahnya murung, matanya kosong menatap lembar-lembar laporan yang sebenarnya tidak dia baca. Theo, orang kepercayaannya, duduk di seberang, menunggu tuannya bicara lebih dulu.“Aku rasa Rama benar-benar telah menguasai hati putriku, Theo,” gumam Priambodo pelan, seolah mengadu. “Cinta terlihat takut dekat dengan pria lain, mungkin Rama mengancamnya sehingga Cinta takut.”Theo yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara dengan sopan, “Maaf, Pak. Kalau boleh saya tahu… Bagaimana Bapak mendekati Cinta waktu itu?”Priambodo mengangkat alis, seperti pertanyaan itu aneh baginya. “Ya… saya menghampirinya, mengajak bicara. Saya tawarkan bantuan, saya coba ramah. Saya bahkan ingin membayar belanjaannya, membantu membawakan barangnya.”Nada bicara Priambodo terdengar santai, seolah tidak merasa ada yang salah.Theo tersenyum kecil, lalu dengan hati-hati berkata, “Mungkin bukan karena takut pada
Last Updated : 2025-06-23 Read more