All Chapters of Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian: Chapter 1111 - Chapter 1120

Vania tidak bergerak. Dia tidak berniat menerima telepon itu.Veren bertanya, "Kak Vania, kenapa kamu nggak terima teleponnya? Kalau Ayah tahu, dia pasti akan sedih."Vania tertawa dingin. "Nggak apa-apa. Putri kesayangannya cuma satu, yaitu kamu. Dia nggak akan sedih karena aku. Kalau kamu benar-benar khawatir Ayah akan sedih, lebih baik kamu tutup saja teleponnya."Veren kehabisan kata-kata.Menutup telepon jelas tidak mungkin dilakukan olehnya. Veren hanya bisa memegang ponselnya sendiri. "Kak Vania, kalau begitu aku aktifkan speaker saja."Veren menyalakan mode speaker.Suara Frank langsung terdengar jelas. "Halo, Vania."Tadi saat memanggil Veren, nada suara Frank penuh kelembutan dan kasih sayang. Hanya saja ketika dia memanggil "Vania", suaranya sudah berubah menjadi dingin dan berjarak.Di dalam hati, Vania tertawa sinis. Ayahnya itu sudah lama berhenti berpura-pura. Bahkan, dia malas menjaga sikap lagi.Vania menjawab, "Halo, Ayah. Kalau ada sesuatu yang ingin disampaikan, kat

Steve dan Vania kembali ke restoran. Wenny melihat Vania, lalu bertanya, "Kamu sudah usir orang yang menyebalkan itu?"Vania berujar sambil tersenyum, "Sudah!"Hanya saja, Veren adalah orang yang sangat sulit ditangani. Jadi, dia pasti akan terus mengganggu mereka.Namun, itu bukan masalah utama. Vania lebih tahu apa yang penting, yaitu kehamilannya.Pokoknya, Vania harus memiliki posisi yang sangat kuat.Wenny sangat menghargai Vania. Bukan hanya karena keduanya adalah wanita yang sangat luar biasa, tetapi juga karena latar belakang mereka yang mirip. Wenny juga memiliki saudara tiri yang sulit ditangani, yaitu Hana.Steve berucap, "Kita sudah selesai makan. Waktunya pulang."Hendro menggendong Ariana. "Kalau begitu, lain kali kita atur waktu lagi."Vania berujar, "Pak Hendro, Dokter Wenny, Ariana, sampai jumpa."Steve dan Vania pun pergi.....Setelah keluar dari restoran, Steve bertanya, "Pulang nggak?"Vania membalas sembari mengangguk, "Ya, aku datang pakai mobil sendiri."Steve m

Steve menahan tubuhnya dengan kedua tangan di atas ranjang. Akibat tarikan mendadak dari Vania, wajah tampannya langsung mendekat. Jaraknya menjadi sangat dekat dengan wanita itu.Napas mereka berdua saling berbaur. Steve dapat mencium aroma wangi dari tubuhnya.Itu bukanlah aroma parfum buatan, melainkan wangi alami setelah mandi yang sangat harum dan lembut.Steve menstabilkan tubuhnya, lalu bertanya sambil menatapnya, "Apa yang kamu lakukan?"Barusan, Vania benar-benar sudah tidur. Saat ini, kedua matanya terlihat sayu. "Bukan apa-apa. Aku cuma mau bilang makasih karena sudah menggendongku ke ranjang."Vania memeluknya dengan begitu ambigu hanya untuk berterima kasih?Steve tersenyum tipis. "Cara kamu berterima kasih cukup unik juga. Sudahlah, aku sudah menerima rasa terima kasihmu. Sekarang, bisa tolong lepaskan tanganmu?"Vania tidak melepaskannya. Dia tidak ingin melewatkan kesempatan ini sehingga berinisiatif mengangkat kepala dan mencium bibir tipis Steve.Tubuh Steve langsung

Steve menatapnya sambil berbicara dengan serius, "Di sini nggak ada pengaman!"Vania tertegun sejenak. Pada saat seperti ini, Steve akhirnya sadar bahwa tidak ada pengaman di rumah.Sebenarnya, mereka tidak butuh pengaman.Sebab, Vania memang berencana hamil.Vania memeluknya. "Nggak apa-apa kok."Steve sedikit mendorongnya menjauh. "Jangan, nanti kamu hamil."Vania mendongakkan wajah mungilnya. "Kamu nggak suka anak-anak?"Alis tampan Steve bergerak sedikit. "Aku nggak terlalu suka. Apalagi, aku juga belum siap menjadi ayah."Vania bertanya, "Gimana kalau aku benar-benar hamil?"Steve menyahut, "Makanya kita harus pakai pengaman!"Vania sangat memahami kalimat itu. Steve memang tidak ingin dia hamil.Itu artinya kalau Vania sampai hamil, dia bahkan tidak boleh membiarkan Steve tahu.Bagi Vania itu tidak masalah. Selama bisa dibuat hamil oleh Steve, urusan setelah itu tidak ada hubungannya lagi dengan dia.Vania berkata, "Aku nggak akan hamil. Sekarang lagi masa amanku."Steve masih ra

Steve tentu saja tidak mau dan langsung menolak, "Nggak usah!"Namun, Pak Vicco mengibaskan tangannya sambil menyela, "Panggilkan andalan kalian yang paling top di sini! Oh ya, harus yang cantik dan bersih! Kalau nggak cantik dan bersih, nggak usah!"Pemilik bar tersenyum lebar ketika menimpali, "Kebetulan hari ini ada seorang gadis cantik baru datang, namanya Betty. Dia bahkan belum pernah pacaran, cantik, dan bersih. Pasti cocok dengan selera bos sekalian. Aku akan panggil dia sekarang!"Tidak lama kemudian, Betty muncul di hadapan mereka.Pak Vicco melirik sekilas dan langsung membalas dengan puas, "Pak Steve, cepat lihat. Wanita ini benaran cantik dan bersih! Betty, kamu dampingi Pak Steve ya!"Betty langsung melihat Steve begitu dia masuk. Di antara kumpulan para bos tua, pria dengan status tinggi, berwibawa, muda, dan tampan itu selalu menjadi yang paling menarik perhatian.Steve duduk di posisi utama di sofa merah gelap dengan setelan jas hitam. Itu membuatnya terlihat makin ren