All Chapters of Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian: Chapter 1101 - Chapter 1110

Steve kembali ke kamarnya. Dia mengambil ponselnya dan lanjut memeriksa dokumen-dokumen.Tak lama kemudian, terdengar bunyi dari pintu kamar mandi yang terbuka. Vania berjalan keluar.Steve menoleh padanya. Vania mengenakan kemeja putih miliknya. Kemeja putih yang longgar itu membuat lekuk tubuhnya terlihat jelas. Garis S yang indah di tubuhnya samar-samar terlihat di bawah kain. Kemeja itu menutupi pinggulnya dan berhenti sedikit di atas paha sehingga memperlihatkan sepasang kaki jenjang yang ramping dan indah.Steve yang tadi sudah cukup terpukul oleh pemandangan sebelumnya, kembali merasakan hantaman visual yang kuat. Julukan wanita cantik luar biasa yang disematkan pada Vania memang bukan tanpa alasan.Vania menoleh padanya sambil bertanya, "Kenapa kamu menatapku begitu?"Steve tersenyum tipis. "Aku cuma mengagumi kecantikan istriku. Memangnya nggak boleh?"Vania melemparkan handuk yang dipegangnya ke wajah tampan pria itu. "Nggak boleh! Aku mau keluar ambil air minum!"Usai berbic

Steve berlama-lama mandi air dingin di dalam kamar mandi. Malam ini terasa aneh, seolah-olah ada api panas yang tak bisa dijelaskan menyala di dalam tubuhnya.Pria itu memejamkan mata dan berusaha keras menekan gejolak itu dengan kekuatan kemauannya sendiri. Setelah beberapa saat, akhirnya Steve mematikan air, mengenakan baju, dan keluar dari kamar mandi.Begitu keluar, Steve langsung melihat Vania sedang duduk di atas ranjang. Dia sudah bangun.Steve sedikit terkejut. "Kenapa kamu bangun?"Vania menatapnya dengan tatapan lembut, masih terlihat sedikit kebingungan seperti orang baru bangun tidur. "Aku dengar kamu bangun dan pergi mandi. Bukannya kamu sudah mandi tadi? Kenapa mandi lagi?"Pertanyaan itu membuat Steve agak sulit menjawab. Dia hanya bisa tersenyum canggung. "Kenapa? Aku mandi beberapa kali pun harus lapor ke kamu ya?"Vania menjawab pelan, "Aku nggak bermaksud begitu."Steve berkata, "Maaf, sepertinya aku mengganggu tidurmu."Sambil berkata begitu, Steve menoleh sebentar

Keesokan paginya.Ketika sinar matahari menembus tirai dan masuk ke dalam kamar, Steve bergerak sedikit, lalu membuka matanya. Dia sudah bangun.Begitu sadar, Steve langsung merasakan ada seseorang yang tidur di dalam pelukannya. Tubuh lembut dan hangat, dengan aroma samar yang menenangkan. Begitu menunduk, dia melihat Vania.Vania sedang tertidur pulas di dadanya.Kenangan dari malam sebelumnya pun menyerbu pikiran Steve seperti ombak. Steve memejamkan mata sejenak. Wajahnya menunjukkan rasa lelah dan sedikit pasrah.Tampaknya itu bukan mimpi. Tadi malam, dia dan Vania benar-benar berakting sampai jadi kenyataan.Steve bahkan tidak ingat sudah berapa lama mereka kehilangan kendali. Sepertinya, mereka baru tidur menjelang dini hari dan sekarang Vania masih belum bangun.Steve merasa agak bingung. Dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menilai hubungan pernikahan mereka ini yang sejak awal hanyalah pernikahan karena kepentingan keluarga.Saat itu, tubuh Vania di pelukannya sedikit b

Steve mengangkat kepalanya dari tumpukan dokumen dan menatap Harold. "Aku punya seorang teman. Temanku ini sudah menikah dengan istrinya, lalu mereka tidur bareng. Ya, maksudku mereka sudah benar-benar menjadi suami istri ...."Belum sempat Steve menyelesaikan kalimatnya, sepasang mata Harold langsung berbinar. "Pak Steve, kamu dan Nyonya Vania akhirnya tidur bareng?"Steve menatapnya tajam. "Apa kamu tuli? Aku bilang temanku! Bukan aku, tapi temanku!"Harold membalas, "Pak Steve, biasanya kalau seseorang bilang aku punya teman, orang itu sebenarnya adalah teman itu sendiri."Steve meletakkan dokumen di tangannya dan bersandar ke kursi. "Apa kita masih bisa ngobrol baik-baik?"Harold buru-buru menjawab, "Bisa! Tentu bisa! Silakan lanjut, Pak Steve."Steve membalas, "Jadi begini, setelah mereka tidur bareng, istrinya jadi agak aneh. Dia jadi sangat dingin, lalu bilang kalau kejadian itu sebaiknya dianggap nggak pernah terjadi saja dan mereka berdua nggak perlu terbebani secara emosional

Steve tidak menyangka akan melihat Vania di sini. Dia bertanya, "Kenapa kamu datang?"Vania memegang satu set rancangan desain di tangannya. "Aku datang untuk bekerja di sini. Baru keluar malah langsung melihatmu!"Vania menoleh pada Hendro dan Wenny. "Kamu nggak berniat memperkenalkan teman-temanmu padaku?"Steve berkata, "Mereka berdua teman baikku, Hendro dan Wenny!"Vania melihat ke arah Hendro. "Pak Hendro, senang bertemu denganmu."Kemudian, Vania memandang Wenny. "Dokter Wenny, aku pernah mendengar tentangmu. Senang sekali akhirnya bisa bertemu."Di antara wanita cantik dan wanita berbakat, selalu ada rasa saling menghargai. Kesan Wenny terhadap Vania sangat baik. Vania juga merasa sangat nyaman dengan Wenny.Wenny tersenyum lembut. "Nyonya Vania, senang bertemu denganmu."Ariana memanggil dengan suara lembut, "Halo, Kakak Cantik. Aku Ariana ...."Steve menimpali, "Ariana, kamu memanggil dia Kakak, tapi memanggilku Paman. Senioritasnya jadi kacau lho."Ariana membalas, "Tapi, ak