Wenny menatap ke arah Hendro.Hendro hanya melihatnya sekilas dengan tatapan datar, lalu mengalihkan pandangannya ke wajah Hana dan berbicara dengan nada lembut, "Ayo, kita pulang."Hendro menyetujuinya secara tidak langsung.Itu bahkan terjadi tepat di depan Wenny.Hana tersenyum manis. Dia tahu, saat ini hati Wenny pasti dipenuhi rasa iri, cemburu, dan kesedihan. Dia pasti merasa sangat tersiksa.Wanita seperti Wenny yang datang dari desa, beraninya mau menjadi saingannya?Sungguh mimpi di siang bolong."Oke."Hana menggandeng lengan Hendro dan berbalik pergi bersamanya.Namun tak lama kemudian, suara lembut Wenny terdengar dari belakang. "Hendro."Wenny memanggil nama Hendro.Hendro pun berhenti dan berbalik.Hana tertawa sebelum bertanya, "Wenny, kalian sudah cerai, tapi kamu masih belum bisa melupakan Hendro ya? Mau mengajaknya balikan?"Wenny berdiri tegak di koridor, tubuhnya terlihat bersih dan anggun tanpa cela. Dia sama sekali tidak memedulikan Hana, melainkan hanya menatap w
Baca selengkapnya