Duk.Dalam tidurnya, Hendro tiba-tiba terguling jatuh dari ranjang dan langsung terbangun.Hendro sama sekali tidak menyangka akan ditendang sampai jatuh dari ranjang. Wajahnya langsung mengeras dengan ekspresi tidak senang, lalu menatap tajam ke arah Yuvi. "Nuka, apa yang kamu lakukan?"Yuvi berkacak pinggang sambil membalas, "Kak Hendro, kamu itu sudah cerai sama Kak Wenny. Siapa yang izinkan kamu tidur sambil memeluk Kak Wenny?"Hendro baru saja bangun. Wajah tampannya masih terlihat dingin dan belum sepenuhnya sadar. Namun begitu mendengar kata-kata Yuvi, tubuhnya langsung menegang.Apakah dia memeluk Wenny saat tidur?"Barusan, kamu melingkarkan tanganmu di bahu Kak Wenny dan memeluknya erat waktu tidur. Aku nggak izinkan! Kalau kamu mau peluk, sana peluk Hana saja! Ke depannya, bakal ada pria lain yang memeluk Kak Wenny saat tidur!" seru Yuvi.Ke depannya, bakal ada pria lain yang peluk Kak Wenny saat tidur!Napas Hendro langsung menjadi berat. Dia menegur dengan suara tajam, "Di
Hubungan antara wanita itu sebenarnya sangat sederhana, cukup saling membalas ketulusan dengan ketulusan saja.Sepertinya, seumur hidup Yuvi dan Hana memang tidak akan bisa jadi teman.Hendro turun dari ranjang, lalu mengambil handuk hangat dari kamar mandi dan perlahan menempelkannya ke luka di kaki Wenny.Dengan mengompres hangat seperti ini, lukanya akan terasa jauh lebih baik.Setelah itu, Hendro kembali berbaring di ranjang. Pada saat itulah, ponselnya menyala. Sebuah pesan masuk dari Hana lewat Whatsapp.Hana mengirimkan sebuah foto, yaitu lingerie model runway dari merek tertentu yang bergaya sensual.Hana juga mengirim pesan. [Kamu suka nggak?]Wanita itu bertanya apakah Hendro menyukainya atau tidak.Sejak mereka balikan, sikap Hana di depan Hendro jauh lebih manis dan pengertian. Dia tidak semanja dan segalak dulu lagi. Hendro bisa melihat dengan jelas Hana berusaha keras untuk menyenangkannya, juga ingin hubungan mereka jadi lebih intim.Mereka berdua sama-sama orang dewasa.
Wenny dan Yuvi meringkuk di bawah selimut yang sama. Mereka berdua belum tidur dan masih asyik mengobrol.Yuvi bertanya, "Wenny, kamu pernah ketemu pria seperti itu nggak?"Wenny balik bertanya, "Pria seperti apa?"Wajah tampan dengan potongan cepak itu langsung muncul dalam bayangan Yuvi. Dia membalas, "Yang sangat cuek dan keren gitu. Dia jago banget berantem, bikin orang agak takut juga ...."Wenny melirik ke jaket bisbol hitam yang tergantung di gantungan baju. Awalnya jaket itu dipakai Yuvi, lalu dia melepaskannya dan menggantungnya dengan hati-hati di sana. Kelihatan jelas, itu jaket milik pria yang menyelamatkan Yuvi.Wenny tersenyum simpul. "Maksudmu Vincent si pria idola kampus?"Yuvi menjawab sambil mengangguk, "Ya, dia."Wenny mengedip genit. "Karena pernah diselamatkan, sekarang kamu mau balas budi dengan nikah sama dia ya?"Wajah Yuvi langsung memerah. "Wenny, aku nggak mau bicara lagi sama kamu!"Wenny tertawa cekikikan.Yuvi cepat-cepat menutup mulut Wenny dengan tangann
Kedua mata Wenny berkilauan ketika melihat Hendro. Dia pun melengkungkan bibir delimanya. “Seharusnya ada sangat banyak bos besar di sisi Pak Hendro. Kalau ada yang cocok, tolong bantu perkenalkan kepadaku ya.”Hendro meliriknya sekilas, lalu mengalihkan pandangannya. Dia mengangkat tangannya, melepaskan dasi di lehernya, lalu berkata dengan nada datar, “Kalau ada yang cocok, akan kuperkenalkan kepadamu.”“Terima kasih, Pak Hendro.”Pada saat ini, pintu kamar mandi telah terbuka. Yuvi menggunakan waktu tercepat untuk membasuh tubuhnya. “Wenny, kamu cepat masuk untuk mandi.”Wenny tidak merasa sungkan. Dia pun berjalan masuk ke dalam kamar mandi.Orang terakhir yang masuk ke kamar mandi adalah Hendro. Saat Hendro masuk, Wenny dan Yuvi sudah berbaring di atas ranjang.Kedua anak perempuan sedang tidur bersama. Setelah menangis, kondisi Yuvi juga sudah membaik. Dia memberi tau masalah Andreas dan Stella kepada Wenny.Saat mendengar kronologis cerita, kening Wenny berkerut. “Yuvi, sepertin
Apa polisi ini sedang menanyakan soal Vincent?Jangan-jangan tadi Vincent menelepon polisi ini?Yuvi mengangguk. “Emm, dia sudah pergi.”Polisi tidak mengatakan apa-apa lagi. “Kami bawa pergi Iblis Malam Hujan ini. Besok mohon kerja sama Nona untuk melakukan catatan.”Yuvi membalas, “Oke.”“Sekarang sedang musim hujan. Sebentar lagi akan turun hujan. Nggak aman untuk pulang pada cuaca seperti ini. Di depan ada sebuah penginapan, kalian segera ke sana untuk mandi air hangat dan ganti pakaian bersih, jangan sampai masuk angin,” kata polisi tua itu dengan ramah.Sekarang, sekujur tubuh Hendro, Wenny, dan Yuvi sedang basah kuyup. Udara dingin di akhir musim gugur membuat mereka tidak memiliki pilihan, selain menuruti saran si polisi tua untuk pergi ke penginapan tersebut.…Penginapan itu tidak besar, tetapi sangat bersih. Seorang pria di penginapan membawa mereka bertiga ke dalam sebuah kamar. “Maaf, malam ini hanya tersisa satu kamar saja.”Mereka bertiga tinggal sekamar?Wenny melirikny
Vincent memberi tahu alamat tempat ini. “Dia sudah nggak sadarkan diri …. Jangan omong kosong. Transfer bonus ke rekeningku ….”Yuvi tidak tahu siapa yang sedang dihubungi Vincent. Dia segera mengenakan jaket Vincent untuk menutupi bagian kulit yang terpampang.Yuvi menopang mobil taksi untuk berdiri. Dia ingin berterima kasih kepada Vincent. Namun, saat ini, terdengar suara merdu yang familier baginya. “Yuvi! Yuvi! Di mana kamu?”Wenny telah datang.Saat Yuvi menoleh, dia sudah tidak menemukan bayangan tubuh Vincent lagi. Vincent telah pergi.Kenapa Vincent perginya secepat ini?Yuvi bahkan belum sempat berterima kasih langsung terhadapnya.…Hendro dan Wenny sudah datang. Tadi Hendro melihat bekas ban roda tergelincir. Jadi, dia dan Wenny menuruni mobil.Saat Wenny melihat Yuvi, dia langsung berlari kemari. “Yuvi, apa kamu baik-baik saja? Kenapa kamu bisa berlari ke sini? Kamu sudah mengagetkanku!”Hendro melihat sopir yang jatuh pingsan di lantai. Dia sudah menebak dengan apa yang t
Orang itu adalah seorang pemuda yang mengenakan kaus hitam dengan celana panjang hitam. Yuvi mengenalinya. Pemuda itu adalah Vincent.Vincent dan Andreas dijuluki sebagai pria tertampan di Universitas Cestana. Andreas adalah pewaris kaya yang tampan dan ceria, banyak gadis yang tergila-gila padanya. Namun, Vincent dingin dan suka menyendiri, membuat para gadis tidak berani mendekatinya. Percakapan malam di asrama putri selalu dipenuhi obrolan tentang dirinya.Yuvi menatap Vincent. Vincent langsung menarik Iblis Malam Hujan. Iblis Malam Hujan langsung merespons. Dia memarahi dengan raut muramnya, “Dasar anak kurang ajar yang nggak tahu diri! Berani-beraninya merusak urusanku!”Iblis Malam Hujan segera mengayunkan tinjuan untuk menyerang Vincent.Vincent menghindar dengan gesit, lalu menghantam perut si Iblis Malam Hujan dengan satu pukulan.Bamm!Iblis Malam Hujan terbanting ke badan mobil dan memuntahkan darah.Vincent berambut cepak dengan fitur wajah yang tegas dan maskulin, yang bel
Jari panjang Hendro berhenti.“Pak Hendro, ayo, berangkat. Kita mesti segera menemukan Yuvi.”Hendro melirik Wenny sekilas melalui kaca spion tengah. Wenny yang duduk di baris belakang terus menunduk untuk melihat ponselnya. Wajahnya kelihatan agak pucat. Wajah dingin dan indahnya itu semakin putih saja.Pemikiran Wenny hanya ada di diri Yuvi saja. Dia hanya melirik Hendro sekilas.Sekarang mereka berdua, satu di depan dan satu di belakang. Semuanya terasa sangat asing dan jauh.Hendro mengalihkan pandangannya. Dia menginjak pedal gas. “Oke.”…Sepanjang perjalanan, Yuvi terus menangis. Dia benar-benar merasa sangat sedih. Namun, dia mulai merasa ada yang aneh. Sebab, Yuvi menyadari jalan di luar jendela bukanlah jalan pulang ke rumah. Jalan ini juga semakin terpencil saja.Yuvi melihat ke sisi sopir di depan. “Pak, ini bukan Jalan Ansyur. Kamu mau bawa aku ke mana?”Sopir di depan sana melepaskan topi bebeknya, menunjukkan bekas luka di wajahnya. Dia pun berkata dengan mesum, “Nak, a
Yuvi merasa syok. Dia tidak mengerti apa yang dikatakan Andreas?Andreas mendekati Yuvi karena tekanan keluarganya, bahkan memuji Yuvi cantik dan bertunangan dengannya. Sebenarnya di mata Andreas, Yuvi hanyalah seorang wanita jelek!Ternyata ini barulah isi hati Andreas.Raut wajah Yuvi kelihatan pucat.“Yuvi, aku nggak ingin lihat Stella terluka. Yang seharusnya mati itu kamu, dasar cewek jelek!”Andreas melontarkan kata-kata dengan kejam, lalu membalikkan tubuhnya untuk berjalan pergi.Yuvi melangkah mundur beberapa langkah. Matanya telah dibaluti oleh air mata. Tidak lama kemudian, dia menutup mulutnya sembari berlari keluar asrama putri.Di luar sana masih sedang turun hujan, sama seperti suasana hati Yuvi. Yuvi berlari keluar Universitas Cestana, langsung memasuki sebuah taksi.“Yuvi, kamu jelek sekali. Kamu itu seorang cewek jelek!”“Yuvi, seharusnya yang mati itu kamu, dasar cewek jelek!”Ucapan dingin dan sadis Andreas tidak berhenti terngiang-ngiang di telinga Yuvi. Air mata m