"Sialan," umpat Maya. Maya akhirnya tiba di tempat itu—sebuah gudang tua di pinggiran kota, sunyi dan gelap, hanya diterangi cahaya remang dari lampu gantung yang menggantung lemas di tengah ruangan. Bau debu dan karat menusuk hidungnya, tapi dia tetap melangkah pasti. Tempat ini bukan asing baginya. Di sinilah semuanya bermula... dan di sinilah semuanya harus berakhir.Di sudut ruangan, Bu Winda duduk bersandar pada tiang tua, tangannya terikat, rambutnya kusut, dan wajahnya pucat. Tapi matanya berbinar saat melihat Maya muncul dari balik bayangan."Akhirnya kamu datang juga... tolong, selamatkan aku," ucapnya dengan suara lemah namun penuh harap.Maya mendekat perlahan. Bukan dengan tergesa-gesa seperti seorang penyelamat, tapi dengan langkah pelan penuh perhitungan. Senyum samar terlukis di bibirnya—senyum yang tak mengandung secuil pun belas kasih."Bu Winda," ucapnya dingin. "Sayangnya... kau sudah tidak berarti apa-apa sekarang."Ekspresi harap di wajah Winda seketika berubah j
Terakhir Diperbarui : 2025-05-16 Baca selengkapnya