Dengan napas tertahan, Rey menatap Maya. Tatapan gadis itu menusuk, bukan sekadar tuduhan, tapi jeritan jiwa yang dirusak waktu dan kehilangan. Untuk sesaat, Rey merasa seperti pria paling kejam di dunia, walau ia tahu, kebenaran tidak sesederhana potongan video tanpa suara yang diperlihatkan. .Ia menarik napas pelan, mencoba menenangkan dirinya. Tapi di balik ketenangan itu, perasaannya bergemuruh, antara rasa bersalah, amarah, dan ketidakadilan yang tak bisa ia tepis begitu saja.“Aku menikah memang untuk bahagia, Maya,” ucap Rey lirih tapi tegas. “Dan aku tidak mencintai Aura karena ingin melupakan kakakmu. Tidak ada perasaan apapun di antara aku dan kakakmu.”Maya menyeringai kecil. “Kau mengira itu terdengar adil? Maureen mati karena kau, dan kau bilang kau dan kakakku tidak ada perasaan apapun? Kau pikir aku akan percaya setelah mendengar itu?”Rey menatapnya lekat-lekat. “Maureen bukan korban, Maya. Tidak seperti yang kau kira.”Maya mendengus. “Tentu saja kau akan bilang begi
Terakhir Diperbarui : 2025-06-06 Baca selengkapnya