Pagi itu, sinar matahari belum sepenuhnya menyusup masuk ke balik tirai jendela, namun dapur rumah besar itu sudah terasa hangat oleh aroma tumisan bawang dan roti panggang. Aura berdiri di depan kompor, mengenakan apron bergambar wortel dengan rambut dikuncir asal-asalan. Di hadapannya, meja makan mulai tertata dengan rapi: telur orak-arik, tumis sayur, roti, mentega, jus jeruk, dan segelas susu hangat.Di kursi makan, duduk seorang gadis kecil mengenakan piyama bergambar kelinci. Boneka beruang lusuh digendong erat di pangkuannya. Sesekali ia mengangguk sendiri, berceloteh pelan seolah sedang berbincang dengan sang beruang.“Jadi, Teddy, kamu mau telur satu atau dua? Tapi jangan banyak-banyak ya, nanti perut kamu meletus,” katanya sambil terkikik.Aura menoleh sebentar dari kompor, senyum kecil muncul di wajahnya. Lalu segera kembali ke wajan, membalikkan telur dengan cekatan. Pikirannya masih kacau, tapi tangannya tetap bergerak otomatis seperti tahun-tahun yang ia habiskan di dapu
Last Updated : 2025-05-27 Read more