“Sayangnya, kualitas gambar dari kamera parkir nggak memadai,” gumam Pak Harmanto, suaranya penuh penyesalan. “Wajah wanita itu terlalu buram untuk dikenali. Kamera kami nggak bisa menangkap detail dari balik kaca mobil.” Rey mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih. Rahangnya mengeras, mata tajamnya menatap lurus ke layar yang menampilkan gambar buram seorang wanita bercoat putih. Aura memandangi wajah pria itu dengan seksama, menampakkan perasaan campuran frustasi dan amarah yang ditahan, seperti gunung berapi yang siap meletus kapan saja. Gadis itu tahu, jika dibiarkan lebih jauh, Rey bisa meledak. Dan ia tak ingin melihat itu. Tidak malam ini. “Om Rey,” panggil Aura pelan, suaranya seperti sentuhan lembut di tengah badai. Ia mengulurkan tangannya, menyentuh lengan Rey dengan hati-hati. “Kita pulang saja.” Rey menoleh cepat, tatapannya masih dipenuhi amarah yang belum tersalurkan. Namun, saat mata mereka bertemu, Rey menatap Aura lama-lama, seolah ingin memastikan
Last Updated : 2025-05-15 Read more