Malam itu, kamar Adit terasa lebih sunyi dari biasanya. Ia duduk di lantai, menghadap lemari pakaian kecil yang catnya mulai mengelupas. Di sebelahnya terbuka sebuah tas ransel lusuh yang akan ia bawa ke rumah Renata besok pagi. Ia melipat beberapa potong pakaian secukupnya; kaus, celana, pakaian dalam, dan handuk. Semuanya biasa saja, sederhana, dan menunjukkan betapa pas-pasan hidupnya.Sesekali ia berhenti melipat dan menatap kosong ke depan, pikirannya berkelana ke segala arah.“Gila... aku tinggal di rumah bos kayak gitu,” gumamnya pelan, hampir tidak percaya; antara senang dan tidak. Yang jelas, ia pun juga tidak munafik, membayangkan setiap hari akan makan enak dan tak perlu keluar uang.Ia teringat interior mewah rumah itu, betapa harum dan bersihnya, kontras sekali dengan tempat tinggalnya yang hanya seperti itu; rumah kecil dengan dua kamar, satu dapur, satu kamar mandi, satu teras sekaligus ruang tamu dengan tembok tipis dan suara tetangga yang kadang ikut masuk tanpa permi
Last Updated : 2025-04-06 Read more