Home / Romansa / Gairah Membara sang CEO Muda / Chapter 11 - Chapter 17

All Chapters of Gairah Membara sang CEO Muda: Chapter 11 - Chapter 17

17 Chapters

#11 Sekretaris Menggila!

Langkah Adrian terdengar mantap di koridor kantor Hartawan Corp yang sudah mulai sepi. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, tapi dia memutuskan kembali ke ruangannya untuk mengambil berkas.Begitu memasuki area lobby privat yang hanya diperuntukkan bagi jajaran direksi, Adrian mendadak berhenti.Seorang wanita berdiri anggun di dekat pintu ruangannya. Luna.Tapi kali ini… bukan dalam balutan setelan kantor. Ia mengenakan dress ketat warna merah marun, belahan tinggi, makeup tebal, dan rambut disanggul ke atas dengan efek messy-sexy."Pak Adrian," ucap Luna manja, tangannya menyentuh pundaknya pelan. "Sekali-kali Bapak harus santai... nikmati kekayaan Bapak. Kan gak ada salahnya kalau Bapak ikut saya dan Pak Derren ke klub malam ini."Adrian menatap Luna dingin."Apa maksudmu, Luna?"Luna melirik ke bawah, memainkan jemarinya di kancing jas Adrian. "Saya cuma ingin membuat malam Bapak menyenangkan. Derren sudah tunggu di mobil. Yuk, Pak..."Adrian langsung menarik tangannya kasar
last updateLast Updated : 2025-04-29
Read more

#12 Membela yang Salah!

Semua orang menoleh. "Pak Adrian... biar semua orang tahu dong... gimana panasnya pria sejati!" ucap Luna sambil tertawa terbahak, mulai menari-nari kecil dengan jas Adrian. Adrian langsung berdiri. Matanya merah menahan malu dan marah. "Cukup, Luna!" bentaknya. Namun Luna menantangnya dengan tatapan liar. "Kenapa? Malu? Tadi malam kamu nikmatin aku kan, walau cuma imajinasi! Terus sekarang pura-pura suci?!" teriaknya. "Luna, kau mabuk." "YA, AKU MABUK!" teriak Luna lebih keras. "MABUK SAMA SIKAP KAMU, ADRIAN!" Semua orang memperhatikan mereka kini. "Aku capek jadi pelengkap buat hidup kamu yang kosong! Aku ini perempuan juga, tahu sakit hati tuh kayak apa?!" Tiba-tiba, pelayan yang panik lewat tersandung kabel speaker. PLAK! Minuman pecah dan menyiram dress Luna. Dress mahal itu basah kuyup. Makeup-nya mulai luntur. Rambutnya acak-acakan. Dia berdiri terpaku, menggigil... lalu memandang Adrian dengan mata berkaca-kaca. "Kamu cuma bisa kasih luka. Kamu cuma bisa nyakitin
last updateLast Updated : 2025-04-30
Read more

#13 Ancaman dari Mertua!

Setelah kejadian itu, Naya kembali bekerja. Meski hatinya masih campur aduk, ia menahan semua rasa bersalah itu. Tugas-tugasnya tetap menumpuk — mengantar dokumen, membersihkan ruangan, membuang sampah, semua dikerjakannya dengan kepala tertunduk.Sore menjelang malam, begitu jam pulang, Naya tidak langsung ke rumah.Dia menggenggam catatan kecil berisi alamat yang diberi OB lain tadi siang.Aku harus ketemu Dayat. Aku harus minta maaf.Dengan langkah cepat, Naya menyusuri jalanan kota yang mulai dipenuhi lampu-lampu neon. Ia mencari-cari alamat itu. Menyusuri gang demi gang, belok kiri, belok kanan, tapi tetap tidak menemukan.Peluh menetes di keningnya.Naya duduk di trotoar, menghela napas panjang. Kakinya pegal, tubuhnya lelah.Saat itulah, tanpa sengaja, di seberang jalan, ia melihat sosok yang dikenalnya—Dayat.Dayat duduk sendirian di pinggir trotoar. Matanya kosong, menatap lurus ke arah jalanan yang ramai.Naya langsung bangkit dan berlari kecil menyeberang."Dayat!" panggiln
last updateLast Updated : 2025-05-01
Read more

#14 Permintaan Nona Ratna

Adrian baru saja memarkir mobil sport hitamnya di garasi vila mewah itu. Wajahnya lelah, dasinya sudah longgar, dan langkahnya berat. Ia membuka pintu utama dan masuk ke ruang tamu bergaya klasik.Di sana, Ibu Ratna sudah menunggunya, duduk di kursi berlengan dengan ekspresi wajah tegang."Adrian!" seru ibunya begitu melihatnya.Adrian mendesah panjang. "Apa lagi, Bu? Saya capek."Ibu Ratna berdiri, matanya merah. Ia berjalan cepat ke arah Adrian, lalu menyodorkan ponsel ke wajah putranya."Barusan kakekmu telepon!" katanya dengan suara bergetar. "Dia... dia mempermalukan kita, Adrian! Mengancam kita!"Adrian mengernyit. "Apa lagi urusannya?""Kakekmu mau semua anak dan cucunya datang di Gala Hartawan. Dan kau... kau harus hadir mewakili mendiang ayahmu!" suara Ibu Ratna meninggi. "Dengan pasangan!"Adrian mengangkat alis, seolah baru mendengar sesuatu yang benar-benar konyol. "Pasangan? Jangan bercanda, Bu.""Aku serius, Adrian!" Ibu Ratna menjerit kecil. "Kalau kau tidak datang bawa
last updateLast Updated : 2025-05-03
Read more

#15 Diam-diam Suka

Mobil sport hitam itu berhenti mulus di depan gerbang rumah besar bergaya modern minimalis. Adrian menatap sekilas bangunan megah itu, lalu menghela napas panjang sebelum turun. Dengan langkah berat, ia berjalan ke pintu depan.Seorang pembantu muda berseragam hitam-putih membungkuk sopan."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?""Saya mau ketemu Nona Luna," jawab Adrian dingin.Pembantu itu tersenyum kaku. "Sebentar ya, Tuan."Ia bergegas masuk ke dalam rumah. Sementara itu, Adrian menunggu di teras, merasa tidak nyaman berdiri di bawah sinar matahari sore yang hangat.Di dalam, pembantu itu berjalan ke belakang rumah, menuju area kolam renang.Di sana, Luna tengah berbaring santai di kursi berjemur, mengenakan bikini merah elegan. Dua potong timun menempel di matanya, headphone di telinganya, seolah dunia ini hanya miliknya."Nona Luna," kata pembantu itu pelan."Ada tamu—seorang pria, ingin bertemu."Luna mengangkat satu tangan malas, tanpa membuka mata. "Suruh aja masuk...
last updateLast Updated : 2025-05-05
Read more

#16 Cemburu

Sepanjang hari itu, Adrian merasa pikirannya tidak fokus.Setiap kali ia mencoba menunduk memeriksa laporan di mejanya, bayangan wajah Naya kembali terlintas. Tatapan polos itu... tubuh mungil yang gemetar dalam dekapannya... aroma sabun sederhana yang tercium samar dari rambut gadis itu. Semua bercampur membanjiri otaknya, membuatnya tidak nyaman."Sialan," gumamnya pelan, mengacak rambutnya sendiri.Adrian memutuskan keluar dari ruangannya untuk sekadar menghirup udara segar. Ia berjalan melewati koridor, langkahnya panjang-panjang, tangan masih dimasukkan ke saku celana.Secara tidak sengaja, matanya menangkap sosok Naya yang sedang membungkuk di pojok ruangan, sibuk mengatur minuman dan makanan ringan untuk rapat sore.Gadis itu kelihatan berusaha cekatan, tapi tetap saja sesekali menjatuhkan sendok, lalu buru-buru memungutnya lagi.Bibir Adrian sedikit terangkat, sangat tipis, nyaris tak terlihat. Sesuatu dalam dirinya merasa... geli."Apa anak itu selalu ceroboh begini?" pikirny
last updateLast Updated : 2025-05-06
Read more

#17 Terjebak

Sore itu, Adrian tiba di rumah mewah keluarga Hartawan. Langit mulai menggelap, dan hawa dingin menyeruak masuk bersama embusan angin dari taman. Di ruang tamu, Ibu Ratna sudah duduk di kursi empuk, mengenakan piyama sutra warna gading. Meski wajahnya masih tampak pucat, ada sorot tajam di matanya. Adrian menghampiri, membungkuk sedikit mencium tangan ibunya. "Bagaimana keadaan Mama?" tanyanya pelan. Ibu Ratna tersenyum lemah. "Sudah lebih baik... berkat kamu mau dengar Mama, Nak." Adrian hanya mengangguk kecil, duduk di seberangnya. "Ngomong-ngomong, Mama mau ketemu Luna." Nada suara Ibu Ratna mengeras sedikit. "Suruh dia datang makan malam ke rumah. Kita harus mulai perkenalan sebelum acara gala." Deg. Adrian mengerjap, tapi cepat-cepat menutupi keterkejutannya. Senyum tipis tersungging di wajahnya, penuh kepalsuan. "Luna... lagi sibuk, Ma. Dia ada meeting panjang. Nanti kalau dia senggang, aku ajak ke sini." Ibu Ratna menghela napas panjang. "Jangan lama-lama, Adrian. Ga
last updateLast Updated : 2025-05-07
Read more
PREV
12
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status