Mama Siska memanggilku dengan nada lembut, “Raka, ayo makan!”“Iya, Ma,” jawabku, mengikuti langkahnya menuju ruang makan.Di sana, Nayla sudah menunggu, wajahnya ceria sambil mengunyah gorengan. “Sini, Bang, duduk deket aku!” serunya.Aku tersenyum, menatap piring gorengan di depannya. “Kayaknya enak, nih. Masih anget.”“Pasti dong! Kan buatan Mama, pasti enak. Apalagi sambelnya, pedes, gurih, mantap!” ujar Nayla antusias.Mama Siska menimpali, “Ayo, makan dulu.”Kami pun makan bersama. Masakan Mama Siska memang selalu lezat, tapi pikiranku melayang. Mungkin ini makan malam terakhirku bersama mereka di rumah ini. Besok, aku juga harus bertemu Alicia. Jika menolak, aku merasa seperti orang yang tidak tahu terima kasih.Setelah makan selesai dan piring-piring dibereskan, aku melirik ke luar jendela. Langit malam dipenuhi bintang.“Ma, Nay, kita nongkrong di luar, yuk, atau jalan-jalan,” ajakku.“Ayo, Bang! Kebetulan cuacanya bagus,” sahut Nayla semangat.“Tapi mau ke mana?” tanya Mama
Terakhir Diperbarui : 2025-06-16 Baca selengkapnya