All Chapters of Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun: Chapter 251 - Chapter 260

Pertarungan yang tak terelakkan di sekitar Tambang Dewa benar-benar tidak menguntungkan bagi Perkumpulan Tianzhao. Jumlah mereka jauh lebih sedikit, dan yang terburuk, masih banyak yang belum sembuh dari luka akibat pertarungan sengit sebelumnya melawan Kera Gunung serta Huang Jiao. Tubuh mereka dipenuhi luka gores dan memar, energi spiritual mereka terkuras habis, dan napas mereka masih tersengal-sengal."Cukup lindungi Tambang Dewa di belakang kalian, gunakan segala cara agar mereka tak memasuki gua itu!" seru Lin Ming, suaranya serak namun penuh perintah. Ia berdiri di depan, pedangnya masih tergenggam erat, menantang musuh-musuhnya."Guahaha! Mau sekeras apapun kalian berusaha, kalian hanyalah sekelompok hampa yang mengganggu!" seru Bao Hu, wajahnya dipenuhi seringai keji. Ia memimpin penyerangan, pedangnya mengayun dengan brutal, menebas setiap anggota Perkumpulan Tianzhao yang menghalangi jalannya.Di belakang, Niu Han hanya berdiri tegak di udara, tangannya bersilang di depan

Niu Han tersenyum sinis, sebuah senyum berbahaya yang terukir di wajahnya yang dingin. Ia berdiri di udara, mengabaikan kehancuran di sekitarnya. "Balas dendam bukanlah hal yang penting," ucapnya, suaranya terdengar datar. "Mendengar kau mampu mengalahkan Huang Jiao dengan mudah, aku menjadi semakin tertarik denganmu. Bergabunglah dengan Perkumpulan Moyan, dan jadilah bawahanku, bagaimana?"Tawaran itu keluar dari bibirnya sebagai basa-basi singkat. Meskipun dirinya ingin sekali bertarung dengan talenta hebat seperti Ming Fei, ia lebih memikirkan masa depan cerah Perkumpulan Moyan dengan jenius-jenius hebat di bawah sayapnya. Ia melihat Ming Fei sebagai aset yang lebih berharga dari Huang Jiao.Tapi apa jawaban yang dia dapat hanyalah senyum penuh cibiran dari Ming Fei. "Tawaranmu itu... akan kupikirkan jika saja kau lebih kuat dariku."Setelah kata-katanya itu keluar, aura yang lebih kuat memancar dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat. Tanah di bawah mereka berde

Di Sekte Xuanli, di bawah langit malam yang dipandu oleh semilir angin sejuk serta cahaya bulan yang bersinar pucat, lentera bergantungan di sepanjang jalan utama menuju sebuah kediaman mewah. Suasana yang sunyi dan damai seolah menyembunyikan intrik dan rencana keji di baliknya.Di dalam kediaman itu, seorang wanita meringkuk di dalam pelukan mesra seorang pria. Hanya dilapisi seberkas kain sutra yang melindungi dari dinginnya malam. Mereka layaknya pasangan kekasih yang tak terpisahkan, terbaring di atas tempat tidur yang terbuat dari kapuk dan sutra terbaik, dengan aroma bunga melati yang menguar di seluruh ruangan.Pria itu, Niu Feng, menatap langit-langit kediamannya. "Dengan bantuan masterku, luka lama itu akan segera pulih," ucapnya dengan nada tenang. "Kamu akan dapat berlatih kultivasi lagi, Lan'er."Wanita yang meringkuk manja itu, Qin Lan, tersenyum sesaat sebelum tatapannya berubah dipenuhi kebencian. Sudah berapa tahun berlalu sejak kejadian itu, dan bayangan bagaimana k

Dalam tiga bulan kemudian, kompetisi antar murid Sekte Xuanli berakhir. Hutan Zuku, yang sebelumnya merupakan wilayah tak bertuan yang dipenuhi bahaya, kini sebagian besar sudah terjamah oleh para murid sekte. Secara alami, wilayah tersebut sudah menjadi milik Sekte Xuanli.Di samping menggarap Tambang Dewa yang kini sudah hancur—setidaknya di mata publik—Perkumpulan Tianzhao berhasil menjamah hutan yang begitu luas hingga ribuan hektar. Menjadikan mereka salah satu kelompok yang berhasil menggarap tanah terbesar di Hutan Zuku. Pencapaian ini adalah hasil dari kejelian Lin Ming dan kekuatan tak terduga Zhu Long.Perkumpulan Tianzhao, terutama Lin Ming, akhirnya menjadi sorotan topik terpanas para murid. Semua orang penasaran bagaimana kelompok kecil itu berhasil mengalahkan Perkumpulan Moyan yang sudah mengakar kuat di sekte. Banyak murid yang tertarik bergabung dengan Perkumpulan Tianzhao, tetapi banyak pula yang beranggapan bahwa perkumpulan itu sangat mencurigakan. Mereka tidak bi

Kediaman Klan Hu, salah satu klan dagang terbesar di Kota Yongzu, ramai dengan pengunjung dari seluruh penjuru kota. Mereka datang tak lain adalah untuk menghadiri acara pelelangan besar yang akan segera dimulai. Suasana malam itu begitu hidup, dipenuhi dengan bisikan, tawa, dan aroma hidangan yang menggugah selera. Di gerbang utama, para penjaga yang berotot dengan kulit gelap dan mata tajam mengawasi setiap tamu yang masuk, memastikan tidak ada penyusup yang tidak diinginkan.Di bawah gelapnya malam yang diterangi cahaya bulan purnama yang bersinar terang digiring bintang yang berkelap-kelip, aula utama tempat pelelangan Klan Hu tampak meriah oleh berbagai jenis seni hiburan-hiburan.Di panggung-panggung kecil yang tersebar di seluruh aula, para penari bercadar dengan pakaian seksi menari-nari, gerakan mereka anggun dan menggoda, memikat perhatian para tamu. Di setiap meja, minuman dan hidangan mewah disajikan, menguarkan bau harum yang memanjakan indra. Para pelayan, dengan seny