All Chapters of LONELY TOGETHER: Chapter 21 - Chapter 30

Perempuan itu berbalik, dia kembali berjalan masuk melewati ruang tamu. Mendapati Raga sudah rebah sempurna di sofa dan ketika Gaia mendekat perlahan, laki-laki itu sudah memejamkan matanya. Gaia terdiam menatap Raga, dia ragu untuk bicara, bertanya perempuan itu berbalik melihat meja di depan sofa, mencari siapa tahu ada kunci yang tergeletak di sana. Tapi tidak ada apa-apa selain kunci mobil milik Raga dan juga ponsel pintar laki-laki itu dengan layar yang gelap.“Raga.” Gaia berbisik perlahan setelah dia duduk di karpet yang tergelar sebagai alas di bagian area sofa di ruang tengah. Perempuan itu mencoba cara halus untuk membangunkan Raga. Laki-laki itu terlihat tidak bereaksi dengan suara Gaia. Perempuan itu kemudian menyentuh pundak Raga untuk menepuknya perlahan. Masih sambil memanggil nama laki-laki itu dengan cukup lembut. Raga justru bergerak sedikit dan memunggungi Gaia. Perempuan itu akhirnya memutuskan untuk menyerah dan kemudian berdiri, masih menatap Raga yang meng

Bisa jadi karena saling mengerti seseorang akan sangat menahan perasaan mereka masing-masing. Meski saling rindu, mereka bisa menahan semuanya itu supaya tidak membebani masing-masing. Raga terlihat cukup diam di acara gathering siang ini. Meski dia memang sebenarnya tidak pernah banyak bicara. Hanya saja laki-laki itu sepertinya tidak bersemangat untuk berjalan-jalan. Ada sesuatu yang sedikit membuatnya tertahan. Sedari tadi dia memeriksa ponsel pintarnya dan tidak ada sesuatu yang dia tunggu.“Menunggu kabar?” Sebuah suara membuat Raga menoleh perlahan. Di tempat makan dengan riuh pengunjung yang sudah hampir habis itu, Rayan mendekati Raga dan duduk di meja yang sama. Raga tidak menjawab dan hanya menatap cukup tajam kepada teman kantornya itu.“Hei aku kan hanya bertanya. Semua tim mu sudah keluar untuk bersiap jalan-jalan. Kenapa kamu masih di sini?” Rayan bertanya sambil tersenyum menggoda Raga yang masih tidak bergeming untuk bersuara.“Bukannya sekarang acara beb

“Makan malam siap.” Raga tersenyum membawa sebuah piring dengan isi nasi goreng penuh di dalamnya. Gaia menoleh dan menatap Raga masih merasa kesal dengan apa yang baru saja terjadi sebelum Raga memasak.“Sudahi marahnya, kita mulai makannya.” Raga berucap lembut dan mengangkat sendok penuh dengan nasi untuk Gaia. Perempuan itu menatap Raga masih dengan wajah dingin. “Kamu kenapa seperti ini?” Gaia bertanya masih sambil menampakkan wajah kesal. Raga menurunkan sendok perlahan ke piring dan kemudian melihat Gaia dengan wajah serius.“Kenapa?” Raga tersenyum sinis menatap perempuan di hadapannya. Gaia masih tidak bergeming meski dia menunduk sebentar dan kemudian tersenyum dengan rasa yang mungkin sama dengan Raga saat ini.“Kamu lupa kita harus menjalani semuanya ini?” Raga terkesan kesal meski jawabannya lembut.“Apa kamu tidak merasa kamu berlebihan?” Gaia pada akhirnya mencoba untuk berterus terang tentang apa yang dia rasakan akhir-akhir ini. Raga masih diam

“Makan siang Mas Raga?” Laki-laki itu tersenyum dan kemudian menggeleng perlahan. Dia menunjukkan kotak bekal yang dia buat pagi ini. Dia membuat sarapan dan bekal sendiri dari rumah. Entah kenapa juga Raga jadi selalu bangun pagi hampir satu minggu ini. Tapi wajahnya memang sedikit kuyu dan kurang ceria meski Raga memang orang yang pendiam.“Aku mau order online ayam, ada yang mau ikut?” Yuli yang baru masuk ke ruangan dari toilet bertanya kepada dua orang yang ada di ruangan itu. Sari yang tadi sudah bertanya kepada Raga diam begitu juga dengan Raga yang terlihat termenung menatap ponsel pintarnya.“Oh.. Gak ada yang mau makan siang?” Yuli kembali bersuara ketika dia sudah sampai ke mejanya.“Aku ikut deh.” Sari kemudian bicara dan menoleh melihat Yuli yang duduk di sebelahnya.“Mas Raga mau minuman dengan rasa? Kopi?” Yuli kembali bertanya setelah memeriksa beberapa menu online dari tempat yang sama. Raga tidak memberikan balasan dari pertanyaan Yuli. Dia masih te

“Kenapa?” Gaia bertanya masih dengan wajah serius. Raga sama sekali tidak menyangka jika kalimat lembut dan semua yang dia tampilkan saat ini sama sekali tidak membuat perempuan di hadapannya itu mau bersama dengannya.“Kenapa?” Raga bertanya balik masih dengan nada bicara yang lembut. “Kenapa tiba-tiba menyukai aku?” Gaia terlihat masih sangat serius dan sepertinya dia juga ingin menuntaskan semua yang dia pendam selama ini.“Mungkin karena kamu sangat memahami aku seperti kata Mba Rana. Karena kamu juga sangat sabar dan baik dengan sikapku yang tidak baik. Mungkin karena kamu juga bisa menerima masa laluku. Kamu juga menerima aku meski sudah tahu aku hal paling buruk dari aku.” Gaia hanya tersenyum dengan apa yang dikatakan oleh Raga. “Aku rasa, banyak perempuan lain bisa melakukan semuanya itu.” Gaia menjawab singkat dan kemudian mengalihkan pandangannya ke arah televisi seolah menandakan jika pembicaraan diantara mereka berdua sudah selesai. Raga menggeser dudu