"Ah, Riel... "Rigen tak menunggu.Ia mengangkat tubuh Ariella ke atas meja dapur, lalu mencium bibirnya dengan dalam dan pelan. Ciuman yang tidak sekadar penuh gairah, tapi juga pengakuan. Bahwa ia memilih perempuan ini. Setiap hari. Bahkan setelah pertengkaran. Bahkan ketika semuanya tak sempurna."Rigen.... " Ariella melingkarkan kakinya di pinggang Rigen, mendorong tubuh mereka lebih rapat. "Emhhh, Sayangg.... "Napasnya tercekat saat Rigen mulai menelusuri lehernya dengan ciuman panas yang turun perlahan ke bahunya, kemudian ke belahan dada yang terbuka. Jemari Ariella meremas rambut suaminya, tak ingin kehilangan kendali, tapi juga tak mau menahannya. “Pelan, Sayang…” bisik Ariella, matanya terpejam. “Aku tahu,” jawab Rigen, suaranya rendah dan dalam. “Aku cuma mau kamu tahu—bahwa kamu... masih satu-satunya untukmu, Riel.”"Emmhhh, ah, kamu, dasar." Tubuh mereka menyatu dengan ritme yang mengalir alami, tanpa paksaan. Di atas meja dapur, dalam cahaya pagi, dan aroma rot
Last Updated : 2025-07-08 Read more