Sementara itu, di rumah sakit, suasana perlahan berubah. Ariella duduk di kursi dengan bantal kecil di belakang punggungnya. Dokter sudah memperbolehkan ia duduk lebih lama karena kondisinya mulai stabil, meski masih harus dipantau ketat. Surat dari Drake ia simpan di laci samping tempat tidur. Tapi kata-katanya tinggal di dada. “...Maaf karena pernah jadi bagian dari keraguan.” Kalimat itu terasa seperti luka yang dijahit perlahan. Di seberangnya, Rigen duduk dengan mata yang tak berhenti mengawasi. Lelaki itu nyaris tak tidur sejak kejadian penyerangan malam itu. Namun pagi ini, ada secercah kelegaan di wajahnya. “Aku baca artikelnya tiga kali,” ujar Rigen, suaranya berat. “Dia tak cuma bersaksi. Dia bertarung.” Ariella mengangguk. “Mungkin... ini awal dari akhirnya.” “Bukan akhir,” potong Rigen. “Ini awal dari keadilan, Sayang," jjawabnya dengan ekspresi yakin. Ia meraih tangan Ariella, menggenggamnya erat. “Kita harus kuat sampai akhir, Riel," tandasnya den
Last Updated : 2025-07-16 Read more