Pesawat pribadi Marco mendarat di Milan pada pagi hari yang mendung. Langit kelabu seperti suasana hatinya. Ia turun dari jet tanpa banyak bicara, hanya menyambar coat hitam panjangnya dan melangkah cepat menuju mobil yang sudah disiapkan.Yurid, asistennya, sempat mengejarnya di landasan. “Tuan, setidaknya beri saya waktu menyusun jadwal ulang untuk pertemuan—”“Batalkan semuanya.” suara Marco datar tapi tajam. “reschedule untuk lusa” perintahnyaMobil melaju cepat menuju apartemen Hiriety. Sepanjang jalan, Marco duduk gelisah di jok belakang, menggertakkan gigi, tangan mengepal, dan jemarinya tak bisa diam. Wajah Hiriety semalam terus terbayang dalam pikirannya—dengan ekspresi licik, dengan senyum tipis yang menyembunyikan terlalu banyak hal.Begitu tiba di apartemen, dia bahkan tak menunggu lift. Ia naik satu per satu anak tangga dengan langkah besar dan terburu-buru. Jantungnya berdetak kencang bukan kar
Terakhir Diperbarui : 2025-05-20 Baca selengkapnya