All Chapters of Menjadi Tawanan CEO Dingin: Chapter 341 - Chapter 350

Jose tersenyum tipis, sorot matanya menyiratkan kelicikan yang tidak bisa disembunyikan. Aura duduk dengan gelisah.Efendi pun menoleh dan menarik lengan Jose sambil berkata pelan, "Pak Jose, kita ke sana dulu yuk. Wanita pasti merasa malu." Aura langsung menatap Efendi dengan penuh syukur.Sejak bertemu lagi dengannya hari ini, baru kali ini Aura merasa Efendi bicara seperti manusia normal.Jose akhirnya berdiri dan melangkah pergi. Aura menghela napas lega dalam diam. Baru saja dia bersiap pergi sambil membawa tas, ponselnya bergetar menerima sebuah pesan.[ Sponsor: Coba saja kalau berani pergi. ]Aura terdiam. Dia menekan pelipisnya, berpikir sejenak, lalu memutuskan mengirim balasan.[ Aura: Pak Jose, ini nggak seperti yang kamu pikirkan. ]Di saat seperti ini, Aura justru semakin merendah. Sebab dia sangat sadar, semua tipu muslihatnya tak akan pernah bisa menandingi kelicikan Jose.[ Hari ini aku memang janjian sama Efendi untuk bahas pekerjaan dan aku ngomong seperti itu supaya

Aura langsung menyelam ke dalam air karena malu. Tatapan pria itu tampak menyiratkan ejekan dan tiba-tiba saja tangannya terlepas. Aura kehilangan sandaran dan tidak bisa menahan tubuhnya yang meluncur ke dalam air. Seluruh tubuhnya hampir tenggelam sepenuhnya.Dengan refleks, dia merangkul pinggang Jose. Tangan dan kakinya, semuanya mencengkeram tubuh Jose seolah bergelayut. Posisi mereka terlihat agak memalukan.Bahkan sebelum detak jantungnya sempat kembali normal, dia sudah mendengar tawa menggoda dari atas kepalanya. "Ck, kamu yang mulai, bukan aku," ucap Jose sambil terkekeh."Hah?" Aura menunduk. Barulah dia sadar betapa canggung posisinya sekarang. Tubuhnya yang putih mulus menempel erat pada tubuh Jose dan tanpa celah sedikit pun di antara mereka. Bahkan, dia bisa merasakan dengan jelas perut bagian bawahnya bersentuhan dengan bagian pria itu yang mulai berubah.Rasa malu dan geram langsung memenuhi wajahnya. Dia buru-buru melepaskan tangan. "Itu ... aku nggak sengaja."Namun,

Tatapan gadis itu penuh dengan cinta. Kalau saja ini bukan tempat umum, Aura yakin gadis itu pasti sudah langsung menerkam Jose dan memeluknya erat-erat.Sementara itu, Jose justru tampak malas dan cuek. Entah karena kelelahan habis "beraktivitas" di sore hari atau memang dasarnya begitu. Matanya hanya menyapu santai ke arah gadis itu dan sesekali tersenyum tipis sambil mengangguk.Aura sampai mengepalkan tangan saking kesalnya. Dasar pria tidak tahu diri .... Baru saja tidur dengan dirinya beberapa jam lalu, sekarang sudah duduk mesra dengan wanita lain? Bukan cuma itu, dia malah menyuruh dirinya menjadi sopir? Sopir yang bahkan belum sempat makan malam!Saat itu juga, Aura merasa dadanya sesak dan penuh amarah. Dia menggigit bibir dan memaksakan diri mengalihkan pandangan ke layar laptop. Namun tetap saja, dia tidak bisa fokus sama sekali pada pekerjaan.Dua puluh menit kemudian, Aura menyerah dan menutup laptopnya. Pada akhirnya, dia tetap tak bisa menahan diri untuk melirik ke ara

Aura tidak bisa berkata-kata. Padahal dia berbicara dengan serius, kenapa Jose malah menanggapinya dengan ... nakal dan ambigu?Aura menggertakkan giginya. Dia memang tidak bisa mengalahkan Jose dalam hal seperti ini. Lebih baik Aura menutup mulutnya dan fokus menjadi sopir. Dia tidak akan berbicara lagi.Sepertinya Jose juga tidak peduli. Mungkin dia lelah, dia bersandar di kursi dan memejamkan matanya untuk istirahat.Aura menghentikan mobil, lalu berbalik dan mengingatkan, "Pak Jose, sudah sampai."Jose perlahan membuka matanya dan turun dari mobil. Bahkan dia tidak berterima kasih kepada Aura.Setelah sosok Jose menghilang dari pandangannya, Aura baru menjalankan mobilnya dan langsung pergi. Dia tidak ingin berlama-lama di tempat ini.Awalnya Aura berniat pulang ke kediaman Keluarga Tanjung. Namun, begitu teringat masalah yang rumit belakangan ini, akhirnya Aura memutuskan untuk pulang ke apartemennya daripada mendengar omong kosong Anrez.Saat Aura sedang merenung, tiba-tiba ponse

"Jelas-jelas kamu tahu kamu nggak mungkin bersama dengan Lulu lagi, tapi masih bersikeras mendekatinya. Kamu mau mencelakainya ya? Kalau kamu terus mendekati Lulu, apa Meilina dan keluargamu akan melepaskannya?" tegur Aura.Ucapan Aura memang tidak enak didengar, tetapi semuanya memang kenyataan. Wajah Deddy memucat. Dia berucap dengan lirih, "Aku akan cari cara untuk membatalkan pernikahanku dengan Meilina."Lulu tampak tergerak. Aura tidak memercayai ucapan Deddy. Dia membalas, "Tolong pastikan dirimu sudah menjomlo dulu sebelum mendekati Lulu."Deddy menggertakkan giginya, lalu melihat Lulu dan berpamitan, "Aku pergi dulu."Lulu tidak menanggapi ucapan Deddy. Dia memalingkan wajahnya. Seketika hanya tersisa Lulu dan Aura di dalam kamar.Lulu dan Aura bertatapan, tetapi Lulu terus berusaha menghindar. Aura menghela napas. Suasana menjadi hening sesaat.Aura menghampiri Lulu dan berujar seraya memandanginya, "Lulu, putra keluarga kaya seperti Deddy nggak setia. Aku tahu omonganku ngga