All Chapters of Istri Palsu Presdir: Chapter 211 - Chapter 220

“Kalian sedang apa?” tegur Alexander, tiba-tiba muncul dari arah koridor, melangkah tenang ke arah kedua putri kembarnya. “Saatnya makan malam. Kakek sudah menunggu.” Isla mengangguk patuh dan agak canggung. Perempuan itu tampaknya belum terbiasa dengan ayah mereka. Sehingga ia segera melupakan rasa ingin tahu akan jawaban atas pertanyaan mendesaknya tadi pada Ivy. Ivy menghela napas lega, karena secara tidak langsung ayahnya sudah menyelamatkannya. “Iya, Ayah. Aku ke kamar dulu sebentar.” Lalu menoleh pada Isla. “Kau duluan, Isla. Nanti aku menyusul.” “Oke,” angguk Isla, namun tiba-tiba ia melangkah mendekati Ivy sambil mengernyit. “Kupikir tadi aku keliru, tapi rupanya benar. Kau pucat sekali. Saat kau baru pulang dari Alden pun kau tampak sepucat ini. Ada apa, Ivy? Aku rasa kau perlu—” “Aku kelelahan,” potong Ivy cepat, memegang lengan Isla untuk memberinya penenangan. Ia tersenyum, “Tapi semua baik-baik saja. Aku serius.” Isla masih ingin membuka mulut, tapi Ivy memintanya un

Ivy tidak perlu berpikir saat menjawab, “Ya, aku tidak akan memberitahunya.”Mendengar jawaban Ivy yang tegas dan melihat ekspresi serius kakaknya itu, Isla seharusnya sudah paham. Namun tanpa pikir panjang, ia kembali bertanya. “Kau yakin?”Tanpa ragu, Ivy pun mengangguk. “Dia tahu atau tidak, tidak ada bedanya untukku.”Dan ketegasan kedua Ivy, membuat Isla bungkam akhirnya. Ia hanya menghela napas sambil mengangguk pelan, menghargai keputusan saudara kembarnya.***Sementara itu, hari yang sama di Alden.Ruang kerja utama di lantai tiga kediaman Winchester sudah diisi oleh kehadiran Leonard. Frederick dan Anastasia baru saja bergabung dengan terburu-buru, karena sebelumnya mereka tengah menghadiri acara amal tahunan di pusat kota.“Ada apa, Ayah?” tanya Anastasia. Seluruh tubuhnya gemetar seolah memberi pertanda akan terjadi sesuatu yang sangat buruk.Tanpa menoleh, Leonard menunjuk lurus ke depan menggunakan tongkatnya. “Lihat itu—perbuatan putramu.”Anastasia langsung menatap ke

Leonard perlahan mengangguk, menatap cucunya lurus-lurus. “Seharusnya, aku minta maaf padamu dan istrimu ...” Ia menghela napas pelan, “meski aku tahu kata maaf tidak akan mengubah keadaan. Ethan balas menatap kakeknya dengan wajah tanpa emosi, “Kakek benar ... permintaan maaf tidak akan mengubah apa pun, tapi setidaknya, kebenaran sudah terungkap.” Menghela napas, Leonard mengusap wajahnya perlahan. “Selama ini aku menjaga nama keluarga ini seolah itu satu-satunya hal yang berharga. Tapi ternyata, yang paling berharga justru sudah lama hilang—kepercayaan.” Ethan menatap sang kakek. Rasa hormatnya pada Leonard tidak berubah, walau ia sangat kecewa setelah tahu pria tua itu ikut membantu menyembunyikan kebenaran. “Kepercayaan tidak hilang, Kakek. Hanya berhenti diberikan.” Ucapan itu menampar pelan, tapi Leonard justru tersenyum tipis. “Kau terdengar seperti ayahmu sewaktu muda,” katanya, kemudian berjalan perlahan menuju meja. “Setelah ini, aku akan menarik semua pemberitaan.

Ivy sempat mengerjap beberapa kali sebelum menerima tablet dari tangan Isla.Ada sesuatu di sorot mata adiknya itu. Perpaduan antara lega, cemas, dan peringatan halus agar ia menyiapkan diri.Dari sudut ruangan, Adrian hanya diam, kedua tangannya dimasukkan ke saku celana, ekspresinya tegang sekaligus rumit. Begitu layar menyala, suara penyiar berita langsung memenuhi ruangan.Kalimat pembuka saja sudah cukup membuat udara di dada Ivy terasa berat.“Winchester Corporation diguncang oleh pengakuan beserta bukti-bukti mendetail dari Ethan Winchester, terkait kasus kematian Evelyn Everlily dua tahun lalu …”Genggaman Ivy di sisi tablet perlahan menguat.Tubuhnya menegang, tapi ekspresi wajahnya tetap tenang, namun sedikit pucat. Napasnya menurun perlahan, dan jari-jarinya sempat bergetar saat mendengar nama ibunya disebut berulang kali.Bahkan ketika nama-nama anggota keluarga Winchester yang terlibat beserta bukti dipertegas, membuatnya nyaris tidak dapat berdiri di tempat lebih lama l

Ivy mengangguk, tidak ragu, walau bingung kenapa ia terkesan terburu-buru ingin bertemu Ethan. Rindukah ia pada pria itu?“Mungkin sebaiknya kau tidak ikut bergabung, Ivy.” Isla terlihat cemas. “Aku khawatir kakek dan ayah akan marah—”“Tenanglah, Isla. Tidak akan terjadi apa-apa.” Menoleh ke arah saudari kembarnya, Ivy tersenyum menenangkan. “Kau mau ikut denganku untuk mendengarkan pembicaraan mereka?”Isla menggeleng dengan cepat. “Aku tidak terbiasa dengan situasi seperti itu, Ivy. Kau tahu kehidupan macam apa yang kujalani sebelumnya,” terangnya pelan. Ivy yang sedang menutup pintu di belakangnya, spontan menatap Isla. “Oh, maaf, Isla. Aku tidak peka,” sesalnya. Sejenak, ia benar-benar lupa kalau dunia mereka sebelumnya berbeda dan Isla tidak seperti dirinya yang keras kepala.Bahkan setelah menjadi bagian dari Harrington, Isla tetaplah Isla yang dibesarkan oleh ibunya—lembut dan polos.“Tidak, tidak apa-apa.” Isla tertawa pelan, lalu langkahnya terhenti. “Kalau begitu, aku akan