Udara malam awal tahun terasa menggigit, lembut namun menyusup hingga ke tulang.Alyana menggenggam erat kerah jaketnya, melangkah menyusuri pinggir jalan, angin malam membelai wajahnya hingga ujung hidungnya memerah.Dia terus berjalan dalam diam, membiarkan rasa sesak di hati perlahan-lahan menghilang.Dia bertanya pelan, "Kamu sudah lama tahu soal kondisi Kakek Rekasa, 'kan?""Ya."Nathan melirik Alyana sepintas, lalu berkata dengan tenang, "Beliau sudah lanjut usia, jadi kesehatannya terus menurun. Tahun lalu sempat terjatuh, sejak itu hanya bisa terbaring di tempat tidur.""Beliau pernah bilang padaku, bahwa lahir, tua, sakit, dan mati adalah bagian alami dari hidup. Di usianya itu, dia bisa menerima semuanya. Kecuali, satu hal ...."Nathan terdiam sejenak, seolah ragu untuk melanjutkan.Alyana menoleh padanya. "Apa?"Di bawah cahaya lampu, matanya yang berbentuk seperti buah aprikot tampak kemerahan dan lembap, tidak jelas apakah karena dingin, atau karena dia telah menebak sisa
Read more