Arga berdiri di samping ranjang, berpakaian rapi. Kemeja putih tergulung di lengan, celana krem casual yang dipadukan dengan sepatu sneakers—pakaian yang terlalu ‘santai’ untuk kunjungan rumah sakit, tapi terlalu serius untuk sekadar jalan-jalan. Amara tahu itu.“Ra, aku harus pergi,” ucap Arga lembut.Tak ada jawaban.Amara hanya membelakangi tubuhnya. Diam. Tanpa gerakan.“Fitting… buat pernikahan itu,” lanjut Arga dengan suara semakin pelan, seolah malu pada kalimatnya sendiri.Tubuh Amara tetap tak bereaksi. Hari Sabtu datang tanpa kehangatan. Cahaya pagi merambat pelan di dinding kamar rumah sakit, namun tak membawa secuil pun rasa tenang bagi Amara yang masih terbaring diam di tempat tidurnya.Udara sejuk dari pendingin ruangan tak mampu menenangkan dada yang sesak, apalagi menyembuhkan luka yang terus menganga.Arga menunduk, mendekat, dan menyingkap sedikit selimut dari bahu Amara. Ia membungkuk, melabuhkan kecupan panjang di sana—kecupan yang ingin menyampaikan serib
Terakhir Diperbarui : 2025-05-24 Baca selengkapnya