Pagi datang dengan lembut, menebarkan sinar matahari keemasan yang menembus tirai kamar. Udara terasa hangat, nyaman, seakan ikut menjaga keheningan manis yang memenuhi ruangan.Arga terbangun lebih dulu, tapi ia tetap diam, membiarkan dirinya menikmati momen langka ini—Amara yang masih terlelap di pelukannya, napasnya teratur, wajahnya damai. Tangannya membelai rambut Amara perlahan, membiarkan ujung jarinya menelusuri helai-helai lembut itu.Tak lama, Amara menggerakkan tubuhnya, mendesah kecil sebelum membuka mata. Tatapan mereka bertemu, dan untuk sesaat, dunia terasa berhenti.“Selamat pagi,” gumam Arga, suaranya serak, hangat.Amara tersenyum kecil, malu-malu. “Pagi.”Mereka tetap berbaring, saling menatap tanpa kata. Sampai akhirnya, perut Amara berbunyi pelan, membuatnya terkekeh dan Arga tertawa kecil.“Sepertinya ada yang butuh sarapan,” goda Arga, mencubit hidung Amara pelan.Amara meringis, menahan tawa. “Sepertinya iya.”Arga bangkit, lalu mengulurkan tangan untuk
Last Updated : 2025-06-07 Read more