Share

Rencana Yang Berhasil

Penulis: Erna Azura
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-22 19:45:19

Berdamai dengan keadaan adalah satu-satunya cara untuk Amara bisa bertahan hidup dan membiayai berobat ibunya.

Jadi meski hati sakit dan kecewa tapi Amara tetap membuatkan sarapan untuk Arga mengingat pria itu masih suaminya dan membiayai hidupnya juga ibu.

“Bu, istirahat saja … biar saya yang masak sarapan buat Ibu dan bapak,” tegur Bi Eti dari arah belakang sembari membawa sapu.

“Enggak apa-apa Bi, sebentar lagi selesai.” Amara menuang sup ke mangkuk besar lalu membawanya ke ruang makan diikuti bi Eti dengan membawa teman nasi yang lain.

“Bu, nyalain ya tvnya? Biar enggak sepi … lagian tv di ruang makan enggak pernah di nyalain, nanti rusak lho Bu.”

Amara tertawa pelan. “Nyalain aja, Bi … palingan Bibi mau nonton gosip ya?”

Bi Eti menyengir. “Iya Bu, lagi nungguin up date proses kasus perceraian artis.” Dia mengaku.

Tidak lama Arga datang dengan pakaian kerja rapih namun lengan kemeja yang belum di kancing.

Langkahnya sampai di samping Amara sampai dia bisa menghirup aroma
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (7)
goodnovel comment avatar
virna putri
Wkt lawan Cassandra kirain bu Lussy emang baik.. ehh ternyata bibit pelakor.. dia memancing di air keruh.. ayok Zeno pake instingmu.. Argaaa km bisa lihat istrimu dan calon anakmu yg jd korban.. apa hrs kehilangan dl baru km bertindak benar?
goodnovel comment avatar
Novita Sari
aduh si lusi kapan ketangkepnya
goodnovel comment avatar
Adfazha
Zeno peka donk jgn ikutin Arga yg buta, Cek CCTV / telusuri akun anonimnya biar ketauan moga Amara sm Utun sehat2 yaa.. Arga sklipun tuh gosip ditake down tp kan jejak digital ada bkn hya Cibiran Netizen yg bahaya tp jg nyinyiran Lambe turah disekitar Amara & ibunya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Rencana Yang Berhasil

    Berdamai dengan keadaan adalah satu-satunya cara untuk Amara bisa bertahan hidup dan membiayai berobat ibunya.Jadi meski hati sakit dan kecewa tapi Amara tetap membuatkan sarapan untuk Arga mengingat pria itu masih suaminya dan membiayai hidupnya juga ibu.“Bu, istirahat saja … biar saya yang masak sarapan buat Ibu dan bapak,” tegur Bi Eti dari arah belakang sembari membawa sapu.“Enggak apa-apa Bi, sebentar lagi selesai.” Amara menuang sup ke mangkuk besar lalu membawanya ke ruang makan diikuti bi Eti dengan membawa teman nasi yang lain.“Bu, nyalain ya tvnya? Biar enggak sepi … lagian tv di ruang makan enggak pernah di nyalain, nanti rusak lho Bu.”Amara tertawa pelan. “Nyalain aja, Bi … palingan Bibi mau nonton gosip ya?” Bi Eti menyengir. “Iya Bu, lagi nungguin up date proses kasus perceraian artis.” Dia mengaku.Tidak lama Arga datang dengan pakaian kerja rapih namun lengan kemeja yang belum di kancing.Langkahnya sampai di samping Amara sampai dia bisa menghirup aroma

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Pemain Tak Diundang

    Suasana ruang kerja Arga hening. Hanya suara detak jam dinding dan sesekali notifikasi email yang berbunyi di laptopnya. Arga baru saja kembali dari pertemuan membosankan bersama keluarga Wibisono dan WO. Baru saja duduk, ponselnya berdering.Nama “Alena Wibisono” terpampang di layar.Dengan malas, Arga mengangkat. “Kenapa?”“Aku enggak terima, Ga.” Suara Alena terdengar tajam dan panas, bahkan tanpa salam.Arga menyandarkan tubuh ke sandaran kursi. “Alena, aku lagi kerja—” Kalimat Arga menggantung.“Justru karena kamu kerja di depan publik itulah aku telepon sekarang!” potong Alena. “Kamu pikir semua orang di ruangan tadi enggak lihat sikap kamu? Kamu malu-maluin aku, malu-maluin keluarga aku, dan buat WO itu bingung harus bagaimana.”“Lagian aku enggak suruh kalian bikin pesta besar-besaran,” sahut Arga datar.“Kamu enggak bisa terus bersikap kayak gitu, Ga!” suara Alena meninggi. “Aku ngerti kamu cinta sama Amara, aku ngerti kamu enggak mau nikah sama aku, tapi kamu udah sep

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Merencanakan Pernikahan Megah

    “Hati-hati di jalanya, Bu … yang sabar ya, Bu.” Kalimat Ima itu terlontar ketika mengantar Arga dan Amara hingga teras rumah.Amara mengangguk disertai senyum tipis sementara Arga menatap Ima dingin dan gadis itu balas menatap dingin ketika tatapannya bertemu dengan Arga, seolah menantang.Arga mengembuskan nafas panjang, dia menoleh ke samping sambil melangkah beriringan lalu menggenggam tangan Arga.“Minggu depan kita kontrol ya,” kata Arga sembari mengendik ke perut Amara dan Amara hanya balas mengangguk tanpa antusias.Begitu sampai di depan gang, ternyata mobil yang mengantar Amara masih ada di sana menunggu mereka.Sepertinya tadi Arga meminta driver menjemputnya untuk di antar ke sini.Arga membukakan pintu untuk Amara bahkan melapisi puncak kepala Amara agar tidak terbentuk bingkai pintu.Setelahnya baru Arga masuk dari pintu lainnya di kabin belakang.Kemacetan imbas dari jam pulang kerja belum surut meski hari sudah malam.Amara menyandarkan kepalanya dan berusaha m

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Dua kabar mengejutkan

    Sore hari ketika langit Jakarta mulai meredup. Mobil yang mengantar Amara dan ibu Sumiati berhenti tepat di depan gang rumahnya.Ima turun duluan untuk mengeluarkan kursi roda dibantu driver lalu Amara membantu ibu Sumiati turun dan duduk di kursi rodanya.“Terimakasih Pak,” ujar Amara kepada sang driver.“Sama-sama Bu, tapi kata bapak sebelum ada instruksi—saya tetap tinggal di sini untuk nantinya mengantar ibu pulang ke rumah.” Sang driver memberitahu.“Oh … oke, saya cuma sebentar kok.” “Enggak apa-apa, Bu … santai aja.” Amara mengangguk sambil tersenyum lalu mengikuti Ima yang duluan mendorong kursi roda ibu.Sepanjang perjalanan tadi Amara melamun, pikirannya masih dipenuhi wajah-wajah masa lalu dan pertanyaan-pertanyaan tentang masa depan.Hingga kini dia menyusuri gang rumahnya pun, pikiran-pikiran tersebut belum enyah dari benaknya.“Bu, saya masak dulu ya …,” kata Ima pamit.“Ima … kita beli aja ya, kasian kamu capek seharian menemani ibu ke rumah sakit,” kata Ama

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Pria Dari Masa Lalu

    Pagi hari ketika langit Jakarta belum benar-benar terang, aroma masakan dari dapur sudah mulai memenuhi rumah.Bukan dari tangan Bi Eti seperti hari-hari kemarin ketika Amara mogok bangun pagi karena kecewa kepada Arga, melainkan dari Amara sendiri yang sudah berdamai dengan kenyataan meski hati masih perih oleh fitnahan ibunya Arga.Ia berdiri di depan kompor, wajahnya terlihat pucat namun sedikit lebih segar dibanding hari sebelumnya.Gerakan tangannya pelan, terukur. Di atas meja, dua piring nasi goreng telur dan irisan tomat tersusun rapi. Ia tidak banyak bicara sejak bangun.Tidak juga menyapa Arga ketika pria itu muncul di ambang pintu dapur.Arga memperhatikan punggung Amara yang sedang sibuk menyendokkan nasi. Sesuatu di dalam dirinya mendesak ingin memeluk tubuh sang istri dari belakang—membisikkan permintaan maaf, atau sekadar membiarkan kehangatan tubuhnya menembus luka di dada Amara. Tapi ia tahu, ia telah membuat jurang di antara mereka yang belum bisa dijembatani ha

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Ruang Hampa

    Ruang rapat di lantai executive Wibisono Group sore itu terasa dingin meski matahari Jakarta masih menyinari langit kota.Arga duduk di ujung meja, kedua tangannya bersedekap di depan dada. Pintu terbuka pelan dan Alena masuk dengan anggun, mengenakan blus putih satin dan rok pensil navy. Bibirnya tersenyum, tapi matanya menyimpan kewaspadaan.“Aku kira kamu enggak akan datang,” ucap Alena pelan, duduk di seberang Arga.“Aku datang untuk menyampaikan jawabanku,” balas Arga datar.Alena mengangguk perlahan. Ia menarik napas dalam, seolah sudah tahu ke mana arah pembicaraan ini akan berlabuh.Chandelier menggantung di atas meja panjang yang mengilap, tapi suasana pertemuan dua orang itu tak sehangat kilau cahaya di sekitarnya.“Aku setuju dengan idemu,” Arga membuka suara. “Kita menikah untuk kebutuhan bisnis, untuk memenuhi keinginan orang tua kita dan perusahaan mendapat keuntungan yang besar,—tapi hanya sampai di situ.”Mata Alena membelalak sedikit, tapi tak ada kejutan besar

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Harus Terima Dimadu

    Suasana rumah keluarga Wibisono yang megah dan mewah biasanya sunyi dan tenang, tapi malam itu, udara dipenuhi ketegangan.Suara langkah sepatu berhak tinggi menghentak-hentak dari arah pintu depan, menggetarkan marmer halus di bawahnya.“Di mana ibu? Di mana ayah?!” teriak Cassandra lantang sambil melempar tas tangannya ke sofa ruang tamu.Margaret yang tengah menyesap teh bersama Alena di ruang duduk langsung menoleh dengan dahi berkerut. “Cassandra, apa-apaan ini?”Cassandra menghampiri mereka dengan langkah cepat dan sorot mata menyala. “Kalian serius menjodohkan Arga sama Alena?! Kalian tahu Arga mantan aku! Kenapa kalian malah sodorin adik aku ke dia?!”Margaret berdiri perlahan, mencoba menjaga wibawa. “Jaga bicaramu, Cassie.”“Enggak, Bu! Aku enggak akan diem. Kemarin Alena datang ke Penthouse aku dan dengan sombongnya juga bangganya memberitahu hal itu.” Suara Cassandra meninggi, penuh amarah. Dia tidak terima. Matanya menatap nyalang Alena yang duduk anggun dengan eksp

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Menerima Perjodohan Dengan Alena

    Pagi itu, Arga tiba di kantor lebih siang dari biasanya. Wajahnya tetap tenang, namun sorot matanya menyiratkan kelelahan yang tidak biasa. Clara-sekretarisnya segera menghampiri dengan setumpuk dokumen. “Pak Arga, ini laporan keuangan minggu ini dan—”“Nanti saja, Clara. Saya ingin bertemu Zeno sekarang.”“Baik, Pak.” Clara undur diri dari ruangan itu untuk menjemput Zeno di ruangannya.Tak lama kemudian, Zeno masuk ke ruangan Arga dengan ekspresi serius. Ia membawa sebuah folder berisi dokumen dan beberapa foto.“Ga, gue dapet informasi terbaru tentang Cassandra dan Rendy yang harus lo tahu.”Arga mengangguk lalu mempersilakan Zeno duduk dan membuka folder tersebut.“Ini bukti bahwa Cassandra dan Rendy memang saling mengenal. Ada rekaman pengakuan dari salah satu nasabah kalau dia dan beberapa orang lain termasuk Rendy disuruh untuk meminjam uang dalam jumlah besar ke CitraKredit ….”“Lo dapet dari mana?” Arga sampai takjub.“Gue telusuri semua data di perusahaan dan ada s

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Seharusnya Berita Bahagia

    Langit mendung menggantung rendah ketika Amara pulang dari sekolah sore itu. Udara terasa lembap, dan gerimis tipis mulai membasahi dedaunan di halaman rumah. Langkah Amara berat, tubuhnya terasa lebih lelah dari biasanya. Kepalanya berdenyut, dan perutnya mual, tapi ia menahan semuanya—seperti biasa.Ia menaruh tasnya di sofa ruang televisi, lalu melangkah ke dapur, hendak merebus air untuk teh. Namun baru beberapa langkah, pandangannya mulai berputar. Suara detak jam dinding terdengar aneh di telinganya, seperti gema di terowongan kosong.“Ah … pusing banget …,” gumamnya, tubuhnya limbung, tangannya berusaha memegang meja dapur—namun gagal.Bruk!Tubuh Amara jatuh ke lantai. Gelas yang ia pegang pecah, air tumpah mengenai lantai dingin. Matanya terpejam, wajahnya pucat seperti kertas.***Arga baru saja membuka pintu rumah ketika matanya langsung menangkap bayangan tubuh Amara tergeletak di lantai dapur.Seperti De javu, dia pernah mengalami ini dulu ketika awal pernikahan me

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status