Semua Bab Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan: Bab 271 - Bab 280

Banyu teringat apa yang terjadi di hutan hari itu. Arjuna berkata dengan natural bahwa tangan Eliska sakit, seakan-akan mereka begitu dekat. Seolah-olah dia begitu mengenal gadis itu.Kemudian, Banyu juga teringat ketika Aisyah dan Eliska menghilang. Arjuna tidak tampak terlalu peduli dengan Aisyah. Namun, jika diperhatikan dengan teliti, dia sebenarnya mengkhawatirkan Eliska.Belakangan, saat mereka pergi mencari keduanya, Arjuna beralasan bahwa para nona dan pemuda bangsawan butuh dikawal pulang. Jadi, Banyu diminta melakukan itu, alih-alih pergi mencari bersama yang lain."Jangan bilang ... kamu tertarik padanya," ujar Banyu dengan dingin."Kamu melihatnya sendiri hari ini. Kalau aku nggak menunjukkannya dengan sengaja, kamu nggak akan sadar. Saat Tabib Cipto memeriksa Eli, aku juga berada di paviliun Nindia," balas Arjuna sambil menatapnya.Nama panggilan "Eli" yang disebut dengan begitu akrab membuat Banyu mengangkat alisnya. Ternyata Arjuna sengaja melakukan hal itu untuk ditunju

Eliska menatap Arjuna dengan tenang, lalu bertanya meski sudah tahu jawabannya, "Apa yang sedang Putra Bangsawan pikirkan?"Arjuna bertanya balik, "Kamu ganti pelembap bibirmu hari ini?"Pelembap bibir itu sederhana tetapi elegan, halus, dan warnanya hampir sama dengan warna bibir Eliska. Meskipun tidak mencolok, bibir gadis itu jadi tampak lebih lembut."Kedai Lembayung merilis pelembap bibir baru, aku tentu harus mencobanya," jelas Eliska.Eliska sadar dirinya unggul dalam hal penampilan. Dia sering ditanya tentang kosmetik yang dipakainya. Jadi, dia sering mencoba produk baru demi bisnis Kedai Lembayung."Cocok sekali untukmu," puji Arjuna.Bukan Arjuna satu-satunya yang mengatakan itu. Eliska sudah sering dipuji untuk penampilannya. Namun, dia lebih senang jika ada yang memuji bakatnya. Penampilan cantik seorang gadis seringnya hanya menimbulkan masalah.Jelas-jelas para pria yang mata keranjang, tetapi selalu wanita yang disalahkan. Sudah banyak wanita yang bernasib seperti ini.E

"Kak Eliska," panggil Annisa. Begitu melihat Eliska, dia langsung merangkul pergelangan tangannya dengan akrab."Kenapa kamu tiba-tiba ingin pergi berdoa?" tanya Eliska."Kudengar situasi Surtara mulai bergolak lagi. Aku mencemaskan ayahku." Annisa berkata dengan nada gelisah, "Kak Eliska nggak pernah tinggal di sana, jadi nggak tahu betapa mengerikannya saat terjadi perang. Setiap kali itu terjadi, aku selalu nggak tenang dan sulit tidur."Eliska merasa intuisi Annisa sangat tajam. Di kehidupan lampau, empat bulan lagi, Refan memang akan celaka.Saat itu, Refan tertusuk pedang demi melindungi Raja Kawiswara dan menyelamatkan nyawanya. Sejak saat itu, dia pun menjadi pahlawan bagi seluruh Kediaman Raja Kawiswara. Statusnya juga melonjak tinggi.Eliska hanya tidak tahu apakah Raja Kawiswara telah dijebak atau dia memang kebetulan bertemu bahaya."Jangan khawatir, Annisa. Tuan Refan adalah pria yang baik, pasti akan dilindungi Tuhan," hibur Eliska. Meski Refan terluka parah, nyawanya sel

Setelah itu, pasokan militer diangkut kembali ke Yardin dengan kedok sebagai barang dagangan Kedai Lembayung.Demi kepentingannya sendiri, Eliska telah menulis surat pada Putri Belani untuk meminta perlindungannya. Putri yang menyukai Eliska tidak menolaknya. Petugas perbatasan pun tidak memeriksa barang-barang Kedai Lembayung dengan cermat karena takut menyinggung sang Putri. "Kita bisa lebih tenang karena masalah pasokan militer sudah ada solusi. Tapi, kamu tetap harus mengingatkan Paman agar berhati-hati. Hal ini kemungkinan besar adalah ulah Taraka," ujar Yanuar.Arjuna tersenyum tipis, tetapi tidak menanggapi.Hari sudah larut malam saat Arjuna selesai berdiskusi dengan Yanuar. Dia kembali ke Kediaman Raja Kawiswara, lalu kebetulan bertemu Banyu yang juga baru pulang. Untuk sesaat, keduanya hanya saling menatap dalam diam."Apa semua sudah beres?" tanya Banyu. Meskipun hatinya masih memendam kekesalan, masalah negara lebih penting."Ya," sahut Arjuna, jelas tidak ingin menjelaska

Nyala api berkelip-kelip dari tempat lilin. Wanti berdiri di pintu, tidak berani menjauh.Arjuna meliriknya sekilas."Wanti, kamu boleh pergi dulu," kata Eliska."Aku dan nonamu hanya ingin mengobrol empat mata, jangan khawatir," ujar Arjuna. Dia cukup puas melihat si pelayan yang protektif melindungi Eliska.Wanti akhirnya pergi dengan enggan dan menjaga di luar.Kini hanya mereka berdua di dalam ruangan. Eliska merasa agak tidak nyaman bertemu Arjuna di Paviliun Bambu, apalagi sekarang sudah larut malam.Eliska berucap sambil menundukkan pandangan, "Ibuku biasanya datang di malam hari.""Apa kamu sendiri yang pergi meminta amulet itu?" tanya Arjuna sambil menatapnya."Annisa mengajakku ke Kuil Hasri, jadi aku sekalian meminta amulet untuk Putra Bangsawan," sahut Eliska.Jika Arjuna mau, dia bisa mencari tahu hal ini sendiri dengan mudah. Menjawab dengan patuh bukan hal yang buruk bagi Eliska."Eli perhatian sekali," ucap Arjuna masih sambil tersenyum.Eliska berpikir sejenak, lalu be