Hari beranjak pagi, sinar matahari menembus tipis dari celah jendela. Aku baru saja selesai berwudhu dan bersiap untuk turun ke ruang makan. Hati masih terasa kosong tanpa keberadaan Mas Afnan. Biasanya, suara candanya sudah memenuhi kamar ini, menggoda dan menggangguku sejak pagi.Perlahan, aku melangkah menuruni tangga. Tak lama kemudian, aku berpapasan dengan Sarah di lorong dekat dapur. Aku tersenyum ramah seperti biasa.“Selamat pagi, Sarah,” sapaku lembut.Tapi alih-alih membalas atau bahkan melirik, Sarah justru langsung melengos pergi begitu saja. Dingin. Bahkan, tanpa satu kata pun. Senyumku mengambang, lalu perlahan pudar.Aku berdiri di tempat dengan bingung. Apa aku melakukan sesuatu yang salah? Rasanya tidak. Atau mungkin tanpa sadar ya?Langkah kaki terdengar dari arah dapur. Mama muncul dengan wajah hangat seperti biasanya. “Safa, ayo sarapan, Nak,” ajaknya lembut sambil menepuk lenganku.Aku segera mengangguk kecil dan memaksakan senyum. “Iya, Ma.”Kami pun berjalan me
Last Updated : 2025-05-13 Read more