All Chapters of Penderita Kanker Jadi Manusia Super: Chapter 181 - Chapter 190

Mengabaikan pisau tersebut, Jack maju dengan kecepatan tinggi dan menjegal pria itu. Penjaga itu berotot keras. Mereka jatuh menjauh dari anak-anak dan mendarat keras di lantai. Angin berhembus dari paru-paru penjaga. Namun tekel Jack yang erat gagal menahan pisau itu. Pisau itu mengiris punggungnya.Jack meraung kesakitan, tetapi dia tak mau melepaskannya. Dia mengerahkan seluruh tenaganya ke lengannya. Wajahnya terbenam di lekuk leher pria itu yang tebal dan dia menyambut bau busuknya saat dia mengeratkan cengkeramannya. Tulang-tulangnya patah, tetapi luka bakar ganas lainnya masih menyambar hampir di ginjal Jack. Rasa sakit membasahi matanya dan Jack merasakan dinginnya rasa takut yang pertama. Genggamannya mengendur. Dia merasakan lengan penjaga itu tertarik ke belakang untuk tusukan terakhir.Kepala penjaga itu tersentak ke belakang, dan tubuhnya lemas. Pisaunya yang berlumuran darah jatuh ke karpet. Salah satu pisau tempur Ripper tertancap hingga gagangnya menembus mata kanannya

Van pertama berjarak seratus meter. Van itu melesat tepat ke arahnya di sepanjang barisan pepohonan yang berbatasan dengan ujung utara kawasan industri. Tembakan meletus dari pepohonan, letusan senapan Papa yang dalam di antaranya. Dia mendengar bunyi dentuman timah yang keras menembus baja. Van itu melesat melewati rintangan. Kalinda khawatir van itu akan melewati posisinya sebelum Freddie berhasil mengejar panah otomatis.Saat van itu mendekat, seorang pria bersenjata melangkah dari pepohonan. Dia berhenti di jalurnya, dua puluh meter di depan Kalinda.Street. Dia memegang UZI di masing-masing tangan dan di saat-saat terakhir, saat van itu mendekat, dia melepaskan tembakan otomatis penuh. Dua garis lubang membentuk lubang di kaca depan.Van itu tak goyah.Street pun tak goyah. Dia menyesuaikan bidikannya ke bawah. Ban robek, derit logam di trotoar, lalu van itu oleng ke satu sisi, percikan api beterbangan, rodanya tersangku

Duduk di konsol komando di truk taco, Jack menandatangani kontrak dengan Kepolisian Torrance sebelum mereka dapat melacak kembali panggilan 911. Tidak ada gunanya menyiarkan keterlibatan mereka dalam kejadian hari ini.Baku tembak dan ledakan gedung di kawasan industri? Mayat di mana-mana? Diikuti oleh pelaku bom bunuh diri di lapangan golf? Astaga, dia dan teman-temannya akan terjerat di pengadilan selama bertahun-tahun. Pekerjaan hilang. Hidup hancur. Jadi mereka mengumpulkan tiga rekan mereka yang tewas—orang-orang tolol yang hingga kini tak pernah dibayangkan Jack akan disebut teman—dan membubarkan diri sebelum polisi tiba.Dia menyandarkan tumitnya di sudut konsol. Senang rasanya bisa memakai sepatunya lagi. Kakinya masih sangat sakit.Istrinya meletakkan tangannya di bahunya dan Jack membiarkan dirinya rileks untuk pertama kalinya setelah berhari-hari. Mereka bertukar pandang dan perasaan seumur hidup berlalu di antara mereka. "Lama kali kamu s

Mimpi yang membingungkan. Mata tak bisa dibuka. Anggota badan terasa kaku.Khaled merasakan kehadiran Serafina di sampingnya dan mendesah. Napas bocah itu bagaikan angin laut di pipinya. Dia merangkulnya."Menyentuh sekali."Suara itu menembus kabutnya dan detak jantung Khaled meningkat tiga kali lipat. Dia membuka mata dan duduk.Dominic Domenico menatapnya dari luar rumpun bambu tebal yang membentuk perimeter sel penjaranya. Dia mengenakan jas lab di atas celana panjang yang disetrika. Shauqi berdiri di samping pemimpin teroris itu, mengenakan seragam militer. Dia memegang tongkat aluminium setinggi empat kaki yang memiliki pegangan dan pelatuk karet di salah satu ujungnya, dan penjepit di ujung lainnya. Tongkat itu mengingatkan Khaled pada alat yang digunakan petugas kebersihan untuk memunguti puing-puing dari lantai.Khaled berbaring di atas selimut kotor di lantai tanah sel seluas delapan kaki persegi. Serafina meringkuk di sampingnya. Begitu pula Zoya. Tak satu pun dari mereka y

Para penjaga mendesaknya ke sisi seberang gedung. Dominic, Shauqi, dan selusin teknisi dan ilmuwan berdiri membentuk setengah lingkaran. Mereka memperhatikan saat dia mendekat. Khaled menahan gejolak amarah ketika dia melihat Cooper di samping kelompok itu. Dia mengenakan perban di salah satu pipinya dan area di sekitarnya merah dan bengkak.Mereka mengamati langkah Khaled. Beberapa wajah asing tampak bersemangat untuk bertemu dengannya. Yang lain tampak seolah-olah ingin sekali menggorok lehernya.Khaled tidak terkejut melihat piramida alien terbalik di atas panggung tinggi di belakang mereka. Getaran tak biasa yang dipancarkannya—getaran yang hanya bisa didengarnya—telah mengumumkan kehadirannya begitu dia terbangun di selnya.Sel itu diterangi oleh rak halogen di atas kepala dan dikelilingi meja-meja yang menopang komputer dan peralatan analisis. Peralatannya tampak canggih, tetapi tata letaknya kurang canggih dibandingkan yang pernah dilihatnya di fasilitas bawah tanah di Nevada.