Rajendra menoleh ke arah Ranjani, sebuah kerutan tipis di dahinya. "Entahlah, Ranjani. Aku terbangun tiba-tiba. Perasaanku tidak enak."Ranjani, melihat kekhawatiran di mata suaminya, segera bangun juga. Ia berdiri di samping Rajendra, tangannya menggapai dan menggenggam tangan hangat sang pangeran."Itu hanya perasaanmu saja, Yang Mulia," kata Ranjani, mencoba menenangkan. "mungkin bagian dari bunga tidurmu, mimpi buruk yang tak sempat terwujud.""Ya, aku berharap seperti itu," kata Rajendra, tatapannya beralih dari jendela ke wajah Ranjani.Cahaya rembulan yang menembus celah jendela menerangi paras cantik Ranjani, membuatnya tampak bagai bidadari.Mereka saling menatap, mata mereka bertemu dalam keheningan malam yang intim. Tatapan Rajendra begitu dalam, menyiratkan kekaguman dan gairah yang terpendam."Ranjani, kamu cantik sekali malam ini," puji Rajendra, suaranya rendah dan penuh kekaguman, seperti bisikan angin malam yang membelai lembut.Ranjani, yang biasanya pemalu dan cangg
Terakhir Diperbarui : 2025-07-23 Baca selengkapnya