Yang satu lagi adalah sahabat baikku, yang pernah berbenturan sekaligus sejalan denganku dalam bidang profesional, serta berkali-kali membantuku dengan sabar.Keduanya adalah sahabat baikku, seperti telapak tangan dan punggung tanganku sendiri. Namun, mereka berdua adalah musuh bebuyutan, yang pasti akan bertengkar setiap kali bertemu.Tidak peduli siapa yang aku pilih, yang lain pasti akan merasa sedih. Pada saat ini, menghadapi dua tatapan panas dan fokus itu, aku merasa ini adalah pilihan tersulit yang pernah aku hadapi dalam hidupku.Untuk sesaat, aku bahkan tidak tahu harus melakukan apa. Aku hanya bisa mendongak untuk menatap orang keempat yang duduk di meja kantor menyaksikan kejadian ini.Di ruang klinik, Bu Yuliana sudah memahami situasinya, tetapi dia berpura-pura tidak melihat tatapan meminta tolong dariku. Dia segera mengambil sebuah buku dari sudut meja, meletakkannya di depannya, berpura-pura fokus membaca, tidak melihat apa-apa.Aku mengatupkan bibir. 'Sudahlah, aku tida
Read more