"Nay, ini kostan terakhir buat hari ini, ya. Kalau nggak cocok juga, kita udahan dulu. Perut aku udah laper lagi nih," kata Surti sambil menarik gerbang besi karatan yang berderit halus. Cat tembok bangunannya sudah pudar, kusam, dan mengelupas. Di sudut teras, seorang bapak tua duduk di kursi plastik reyot, mengenakan kaus oblong partai, dan celana pendek lusuh, tampak sibuk mengaduk secangkir kopi hitam. "Pak... permisi, kami mau nanya kostan," sapa Surti sopan. Bapak itu tidak menoleh. Tetap asik dengan kopi hitamnya. Surti menoleh Nayla, menaikkan alis, lalu memanggil lagi dengan lebih kencang. "Paaak! Di sini ada kostan kosong?" Baru kali ini si bapak menoleh sejengkal. "APA?!" sahutnya dengan suara kencang, membuat Surti tersentak mundur. "Kostan, Pak! Temen saya nyari kamar!" Surti membuka mulut selebar mungkin. "HAH?!" Surti menghela napas, kemudian mencondongkan wajah ke arah si bapak. "KOSTAN! KO-OS-TAAAN! ADA KOSTAN?!" "Ooh! Kostan! Kamu mau ngekost? Bilang dari ta
Last Updated : 2025-07-27 Read more