Beranda / Romansa / Two Sides Of KIRANA / Bab 3 – Mendengar

Share

Bab 3 – Mendengar

Penulis: Agnes
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-14 12:31:25

Hari pertama belum berakhir, tapi Ares sudah merasa seperti lagi main catur. Lawannya? Seorang manajer dingin bernama Kirana Larasati yang bahkan belum mau tersenyum sejak tadi pagi.

Baru kali ini Ares sulit membuat lawan bicaranya tersenyum, dari history Ares dia sangat mudah membuat lawan bicaranya cair atau tersenyum apalagi jika itu seorang mahluk bernama wanita. 

Setelah perkenalan dengan tim selesai, Kirana langsung mengajaknya ke ruang meeting kecil di sebelah ruang kerjanya.

“Duduk,” ucap Kirana tanpa basa-basi.

Ares duduk dengan santai, lalu membuka buku catatannya—yang sebenarnya kosong. Ia lebih suka mengingat daripada menulis. Tapi demi atasan perfeksionis ini, dia pura-pura siap mencatat. Dia tidak mau terlihat seperti bermain-main, walaupun dia tau dia punya ingatan yang baik tanpa menulis. 

Kirana berdiri di depan layar presentasi kecil dan mulai menjelaskan dengan pointer di tangannya.

“Jadi gini. Divisi kita megang strategic growth—artinya semua hal yang berkaitan sama pengembangan bisnis baru, ekspansi, dan analisis performa market. Kita bukan tim kreatif, kita bukan tim marketing. Kita bikin blueprint untuk semua departemen bisa gerak ke arah yang tepat. oia satu lagi kita juga melakukan evaluasi kalau flow bisnis kita mengalami kendala atau komplen merugikan”

Ares mengangguk pelan. “Berarti kita otaknya perusahaan, ya.”

“Kalau kamu mau hidup lama di sini, jangan bilang gitu di depan tim marketing,” sahut Kirana tanpa menoleh.

Ares menyengir. Merasa candaannya tidak diterima dengan baik. 

“Selama dua tahun terakhir, kita udah handle beberapa project besar. Tahun lalu, kita bantu desain ekspansi platform e-commerce ke segmen B2B, dan enam bulan lalu kita launching program loyalitas digital yang sekarang dipakai di aplikasi utama perusahaan,” jelas Kirana sambil menekan tombol remote, menampilkan grafik pertumbuhan pengguna di dua project besar tersebut. 

Ares melihat grafiknya dengan cermat. Stabil. Naik. Efektif.

"Impressive," gumamnya.

Kirana menoleh. “Saya nggak butuh kamu impressed. Saya butuh kamu kerja.”

Ares mengangkat tangan. “Siap laksanakan,Bu Boss.”

Kirana memutar slide ke halaman selanjutnya.

''Seperti yang kita tau pengembangan kita fokus ke aplikasi digital dalam sektor apapun dan sekarang kita lagi develop program baru: Proyek Sigma. Kita ingin masuk ke sektor edukasi digital—platform microlearning untuk profesional muda yang ingin upskill dengan waktu terbatas.”

“Sounds promising,” ujar Ares, kali ini dengan nada serius.

“Yang kamu kerjain: bantu Dimas kumpulin dan bersihin data user behavior dari tiga aplikasi kita yang sekarang. Setelah itu, bantu saya analisis segmentasi dan user journey untuk bahan desain platform barunya.”

''Kalau ternyata data yang kita kumpulin dari 3 aplikasi itu tidak cukup mengambarkan, saya minta kamu langsung survey ke lapangan. Biar bisa dapat data lebih valid. Kalau ada situasi urgent yang saya perlu turun akan saya usahakan.''

“Alright. Jadi gue semacam mata dan tangan lo di lapangan?” tanya Ares, santai tapi matanya fokus.

Kirana menatapnya. “Iya bisa dibilang begitu. Dan otaknya juga....... kalau kamu mampu.” dengan pengucapan Kirana pada kata 'mampu'  

Ares tertawa pelan. “I love a challenge.”

“Aku nggak peduli kamu cinta atau nggak. Yang penting target selesai dan harus memuaskan,” balas Kirana tanpa senyum

Ares mengubah air mukanya jadi serius dan mengangguk paham. Sungguh sulit untuk Ares mencari celah untuk membuat sekilas saja senyum di bibir Kirana.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Two Sides Of KIRANA   Bab 51 – Seperti Biasa, Tapi Tidak Biasa

    Senin, 08.48 – Ruang Divisi Strategy, Mahendra GroupSuasana di ruang kerja pagi ini tenang. Beberapa orang sudah membuka laptop, menyeduh kopi, atau diskusi pelan. Kirana masuk seperti biasa: rambut diikat rapi, blouse putih dan celana hitam dengan potongan tegas, langkah mantap tanpa basa-basi.Ares sudah datang lebih dulu. Dia berdiri ke depan meja Kirana, membawa dua gelas kopi dari kafe langganan kantor.“Good morning, Boss.” ucap Ares santai seperti biasa “Pagi. Udah segar?” jawab Kirana, sekilas menatap Ares.“Segar... tapi agak kurang tidur.” “Salah siapa?” “Mungkin... yang ngajak joget semalam.” “Gue gak ngajak,” Kirana angkat alis. “Tapi juga gak nolak.” jawab Ares dengan nada sedikit becandaKirana hanya tersenyum kecil lalu duduk. Membuka laptopnya tanpa menanggapi lebih jauh. Percakapan selesai di situ. Bukan karena canggung. Tapi karena Kirana tahu persis batasan antara dunia malam dan dunia kerja. Dan sekarang Kirana di setting dalam keadaan kerja. Dan Ares...

  • Two Sides Of KIRANA   Bab 50 – Hening yang Berisik

    Minggu, 08.30 – Apartemen KiranaSinar matahari masuk dari celah gorden yang setengah terbuka. Kirana menggeliat di atas kasur, lalu duduk. Rambutnya acak-acakan, mata masih sedikit berat. Tapi tubuhnya terasa tenang.Dia berjalan ke dapur, membuat kopi dengan langkah lambat. Menyalakan musik instrumental seperti biasa. Minggu adalah hari di mana dunia tidak boleh ribut. Termasuk isi kepalanya sendiri.Semalam... bukan pertama kalinya dia berdansa dengan seseorang. Tapi memang jarang ada yang membuatnya diam lebih lama dari dua lagu.Ares...Dia menghela napas, tapi tidak sambil memikirkan terlalu dalam. Ada sebersit rasa penasaran, iya. Tapi tidak cukup kuat untuk membuatnya menunggu kabar. Tidak cukup dalam untuk membuatnya berharap apapun.“Mungkin cuma karena dia tahu mainnya. Cuma itu.”Setelah menyeruput kopi, Kirana mengambil matras yoga. Dia memilih untuk kembali ke zen zone-nya. Fokus pada dirinya sendiri. Seperti biasa. Seperti semua Minggu sebelumnya.Minggu, 10.12 – Apartem

  • Two Sides Of KIRANA   Bab 49 – Retakan Kecil di Malam Panjang

    Sabtu, 23.47 – Velvet GigsKirana belum kembali ke mejanya. Dia dan Ares masih berada di area dansa, tapi sudah bergeser ke sisi yang lebih tenang, agak dekat dinding dengan lampu lebih redup. Musik tetap kencang, tapi entah bagaimana... ruang itu terasa berbeda.Mereka sudah tidak banyak bicara sejak lagu ketiga. Tapi bahasa tubuh mereka bicara banyak. Jarak yang tadinya dijaga kini hanya setipis udara. Setiap gerak tubuh serasa mengikuti ritme yang sama, seperti dua orang yang sudah biasa berdansa bersama—padahal belum lama saling bersentuhan dunia.Walaupun perhatian mereka tertuju satu sama lain, namun pesona Kirana memang cukup menganggu sekitar jika hanya di diamkan saja. Sejak tadi Ares melihat lebih dari satu pria, sekitar 4 pria yang memang sengaja mendekat dengan gesture mengoda atau pun sengaja menyenggol.Baru kali ini Ares merasa tidak dilihat dan itu membuat dia cukup geram, apakah orang orang tidak tahu jika Kirana menari dengannya kenapa masih saja mengambil kesempatan

  • Two Sides Of KIRANA   Bab 48 – Bukan Lagi Pengamatan

    Sabtu, 22.10 – Velvet GigsLampu neon ungu dan merah muda menyapu ruangan yang mulai padat. Musik sudah mengguncang lantai, dan DJ malam ini memainkan set yang familiar. Nada-nada elektronik bercampur groove yang menyenangkan membuat atmosfer cepat panas.Ares masuk dari sisi bar. Hoodie gelap dan celana jeans slim fit membuatnya nyaris tidak mencolok. Tapi niatnya malam ini jelas—dia bukan ke sini untuk menikmati musik.Dia menelusuri kerumunan. Matanya menyapu cepat. Dan… ada dia. Kirana.Berdiri tak jauh dari sisi panggung, bersama dua temannya. Dress putih halus dengan sepatu platform membuatnya terlihat lebih ringan, lebih berpendar di tengah ruangan penuh bayangan.Kirana tidak melihat Ares. Dia sedang tertawa—entah karena apa, tapi wajahnya terlihat lega. Malam ini Kirana ada di elemennya. Tapi Ares tahu, dia tak akan sekadar mengamati dari kejauhan seperti malam-malam sebelumnya.Dia bergerak pelan ke arah bar. Tidak memesan apa-apa—dia hanya menunggu. Menunggu saat Kirana dan

  • Two Sides Of KIRANA   Bab 47 – Sabtu yang Terasa Panjang

    Sabtu, 13.05 – Apartemen Ares Lagu jazz mengalun pelan dari speaker di sudut ruang. Ares duduk di balkon apartemennya, kaos putih dan celana training, laptop terbuka tapi tidak disentuh. Kopi dingin di tangan kiri, sedangkan di pikirannya—ada potongan gerakan dari semalam. Tatapan Kirana. Cara dia bicara dengan tenang saat di bar. Dan jawaban terakhirnya... “Karena lo gak perlu gue hindari.” Kalimat itu berulang-ulang di kepala Ares. Mungkin bisa dimaknai biasa saja. Tapi Ares tahu... itu adalah pintu. “Dia ngasih celah. Sedikit. Tapi jelas.Dia mau tau pilihan gue dari statement yang dia keluarkan. Menarik ” Ares laki laki normal dia tidak mungkin bisa baik baik saja setelah semua gerakan yang dia lihat dari Kirana. Bukan gerakan mengoda tapi jelas memperlihatkan keahlian lain Kirana selain bekerja. Definisi perempuan yang tidak pernah Ares temukan selama ini, handal bekerja atau pun handal menikmati dunia. Kebanyakan perempuan yang Ares kenal akan menjujung tinggi pergaulanny

  • Two Sides Of KIRANA   Bab 46 (lanjutan) – Yang Tak Dihindari

    23.25 – Area BarAres memperhatikan Kirana berjalan perlahan ke bar. Langkahnya tenang, tapi teratur. Dress hitam itu memantulkan sedikit cahaya dari lampu langit-langit, membuat siluet tubuhnya terlihat begitu... tak terbantah.Biasanya, Ares akan melihat Kirana dengan beberapa perempuan lain—kadang tertawa, kadang ngobrol sambil main HP. Tapi malam ini, tidak satu pun dari wajah yang dikenalnya tampak. Sejak tadi Ares memperhatikan dia pikir Kirana datang lebih dulu dari pada teman - temannya yang lain. Namun sudah hampir tengah malam dia tetap sendirian. “Dia datang sendiri?” batin AresAres sempat berdiri dari sofa bar, tapi belum melangkah. Masih memastikan. Matanya masih fokus mengamati dari kejauhan. Tangannya menggenggam gelas berembunnya, tapi tak lagi meminum isinya. Matanya masih ke arah yang sama. Kirana. Beberapa detik kemudian, seorang pria dengan jas tipis mulai mendekati Kirana. Gaya jalannya terlalu percaya diri, dan senyumnya menyiratkan niat lebih dari sekadar bas

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status