Malam itu, di sebuah warung kopi pinggir jalan yang remang-remang, Dokter Endi Wang duduk berhadapan dengan lima pria bertubuh besar. Wajahnya masih merah padam karena malu, tangannya gemetar karena marah."Jadi," Hector, pemimpin kelompok Arit Merah, memandang Endi dengan tatapan curiga, "Anda mau kami hajar siapa?""Peter Davis," Endi menjawab dengan nada bergetar. "Dia tinggal di apartemen kumuh di Jalan Mawar, blok C, nomor 15."Brock, anggota Arit Merah yang bertubuh paling besar, menyeringai. "Berapa bayarannya?""Lima juta," Endi menyodorkan amplop putih. "Jangan bunuh dia. Cukup patahkan tangannya. Biar dia tidak bisa praktek lagi."Hector mengambil amplop itu, membuka dan menghitung isinya. "Lima juta untuk patah tangan? Murah banget.""Itu uang yang saya punya," Endi berkata putus asa. "Tolong, saya mohon. Orang itu sudah merusak hidup saya."Vince, anggota ketiga, tertawa kasar. "Ada apa dengan orang itu? Sampai dokter seperti Anda mau bayar preman?"Dokter Endi menceritaka
Terakhir Diperbarui : 2025-07-01 Baca selengkapnya