Semua Bab Kekuasaan dan Kemakmuran: Kembalinya sang Pewaris: Bab 61 - Bab 70

Tak perlu waktu lama, Seno, Shinta dan Felicia pun sampai di rumahnya Nenek Herlambang. Begitu turun dari mobil, Seno dan Shinta langsung menggandeng tangan Felicia dan lalu ketiganya berjalan bersama menuju ke arah rumah mewah tersebut. Akan tetapi, mereka bertiga harus menghentikan langkah tatkala dua bodyguard yang menjaga area depan rumah tiba-tiba menghadangnya. "Kalian tidak diijinkan masuk ke dalam dan mengikuti pesta ulang tahun Nyonya Besar Herlambang!" ucap salah satu bodyguard itu dengan nada dingin juga tegas. Sontak, Shinta dan Seno terbeliak kaget! Apa-apaan ini? Kenapa mereka tidak diperbolehkan masuk? "Bagaimana mungkin kami tidak diijinkan masuk?!" protes Shinta tak terima. Kemudian, ia menambahkan, "Kami adalah anggota keluarga besar Herlambang, jadi kami berhak mengikuti pesta ulang tahun Nenek!" Tatapan kedua bodyguard itu beralih kepada Shinta. "Kami tahu jika kalian termasuk anggota keluarga besar Herlambang," jawab satu bodyguardnya lagi sambil menatap S

Berdiri di hadapan Hana dan Cantika, Seno menatap tajam mereka berdua satu persatu. "Andai saja kalian berdua seorang pria, nasib kalian akan sama dengan Jeffry!" seru Seno dengan gigi gemeretak sembari menunjuk ke arah orang yang baru saja disebutkan. Hana buru-buru mengondisikan diri dan memberanikan balik menatap Seno. "B-beraninya kamu mengancam kami..., " ucap Hana yang berusaha bicara setenang mungkin seraya menuding muka Seno. Tapi tak bisa dipungkiri jika wanita itu terlihat tak kuasa menahan takut. "Lihat saja nanti kamu, Seno. Kamu akan mendapatkan balasan dari kami!" ucap Cantika menambahi Hana. Walau ia juga berusaha menunjukan sikap tenang, tapi tetap saja suaranya bergetar saat berbicara. Tentu saja, Hana dan Cantika sudah tidak seberani beberapa saat yang lalu. Nyali mereka berdua mendadak ciut setelah menyaksikan bagaimana Seno memberi pelajaran kepada Jeffry dan dua bodyguard. Dengan mendengus, Seno berujar, "Kuberitahu kalian berdua kalau sekarang aku sudah berub

Sontak, kepala-kepala langsung tertoleh ke arah Seno, tatapan mereka menyiratkan ketidakpercayaan, lantas mematung di tempat masing-masing. Sedangkan para anggota keluarga Herlambang berubah menunjukan sikap tidak terima. Setelah tersadar, Febriana menggeleng selagi mencerna apa yang barusan Emilda katakan. "Tidak mungkin perhiasan itu asli, Tante!" bantahnya dengan suara tercekat. Kemudian, ia melanjutkan seraya menunjuk ke arah Seno. "Seno adalah menantunya Om Darius dan Tante Nina yang tidak berguna, bekerja sebagai OB yang gainya sangat kecil. Dia itu juga miskin. Jadi, mana mungkin dia dapat membeli perhiasan Cartier yang asli? Dengan harga miliaran?!" Ucapan Febriana langsung diangguki oleh yang lainnya. Mereka terang saja tidak percaya dan langsung membantah sebab mereka saja masih sayang jika harus membeli perhiasan dengan harga segitu. Dengan kata lain, belum mampu. Tapi Seno yang jelas-jelas miskin mampu membelinya? Emilda menatap semua orang yang ada di situ secara

Kini, para tamu undangan, cucu, cucu mantu dan pasangan anggota keluarga mulai memberikan hadiah kepada Nenek Herlambang. "Aku jamin. Ibu pasti suka dengan teh premium yang aku berikan. Apalagi ini adalah teh Pu'er seharga 10 juta yang sudah berusia seabad!" "Aku ada hadiah untuk Nenek berupa patung dewa kekayaan. Aku harap, bisnis keluarga kita semakin jaya..., " "Kalau hadiah dari kami adalah patung kuda yang diukir dari batu giok putih. Ibu tahu berapa harga patung ini? Harganya mencapai 45 juta!" "Kuberikan lukisan dari pelukis ternama pada Nenek. Aku mendapatkannya dari balai lelang dengan harga tertinggi mencapai 100 juta!" " ..... " Lalu ada pula yang memberikan barang antik seperti porselen, perhiasan dan furnitur. Melihat semua hadiah yang baru saja diterima, Nenek Herlambang begitu senang! Akan tetapi, ketika melihat Seno dan Shinta melangkah maju dengan bingkisan di tangannya, para anggota keluarga Herlambang tersenyum mengejek. Sementara senyum di bibir wanita tua

"K-kamu bukan cucu kandungnya kakek Mahendra?! Lalu, jika bukan dia, siapa kakek kandungmu?!" Shinta langsung mencecar suaminya dengan pertanyaan. Seno memasang raut muka tak berdaya dan menggeleng. "Aku tidak tahu." Lalu, Seno menjelaskan lebih lanjut tentang hal itu. Tentang asal muasal kakeknya menemukan dirinya dulu di dalam hutan ketika ia masih kecil dalam keadaan dirinya yang hilang ingatan. Namun, Seno hanya memberitahu sebatas itu saja. Ia memutuskan tidak menceritakan siapa dirinya dan kedua orang tua kandungnya yang sebenarnya kepada Shinta sekarang. Ia masih belum siap. Perlu sedikit waktu lagi. Kini Shinta tercengang. "Jadi, kamu ditemukan oleh kakek Mahendra di dalam hutan dalam keadaan hilang ingatan dan kemudian diasuh olehnya?!" pekik Shinta. Dengan suara tercekat, ia melanjutkan, "Dan sampai sekarang, kamu belum mengingat kedua orang tuamu?" Seno menganggukan kepalanya selagi tersenyum kecut. Shinta terdiam untuk beberapa saat. "Kenapa kamu tidak coba tanyak