All Chapters of Ketika Cinta Datang Terlambat: Chapter 71 - Chapter 80

Saat Floella tiba di tempat itu, Alvaro sedang berdiri di bawah koridor sanatorium sambil merokok. Tubuhnya tegap dan tinggi, tapi raut wajahnya tetap dingin dan tampak sulit didekati.Detak jantung Floella berdentum keras di dadanya, ekspresinya jelas tidak bisa disebut bagus. Alvaro adalah orang yang pikirannya dalam dan penuh perhitungan. Namun kalau sudah menyerang, selalu tepat sasaran. Kali ini dia jelas sedang menggunakan pamannya sebagai alat ancaman agar Floella mau mengalah!Floella melangkah mendekat. "Bisa bicara sebentar?" Alvaro memutar tubuhnya perlahan dan menatapnya dengan tenang, "Kenapa kamu tegang sekali?"Floella langsung tercekat. Dia tahu, sekarang situasinya sudah tidak sama seperti dulu. Mau tak mau, dia menurunkan nada bicaranya menjadi lembut."Ibuku menghabiskan seluruh hidupnya untuk dunia seni. Dulu memang ada konflik antara dia dan Eliza, tapi galeri itu nggak boleh dijual. Bisa nggak ... kamu batalkan niat itu?"Mungkin karena baru saja berlari datang ke

Floella menoleh ke samping. Saat Alvaro sedang membantu menopang Lareina, pandangan Floella tidak sengaja melihat bekas lipstik berwarna cokelat samar di kerah kemeja putih pria itu. Floella buru-buru mengalihkan pandangan.Sebelum pulang dari jalan-jalan dengan Rinoa ... mereka berciuman? Atau lebih dari itu?Pantas saja suasana hati Alvaro terlihat cukup baik hari ini. Rupanya baru saja merasakan kelembutan.Suara Lareina membuyarkan pikirannya. "Kalian berdiri berdua. Nah, Floella, kamu kaitkan tanganmu ke lengannya."Floella tidak menanyakan apa pun. Bertanya hanya akan membuat dirinya semakin terhina. Dia memilih berpura-pura tidak melihat apa-apa.Saat menengadah, dia melihat Lareina sedang memegang ponsel dan mengarahkan kamera ke mereka berdua. Melihat keduanya berdiri berdampingan dengan penampilan serasi, Lareina pun berseri-seri. "Nenek mau ambil beberapa foto kalian, nanti dikirim ke bibi sepupumu."Floella tidak menyangka bahwa potret pertamanya bersama Alvaro justru terja

Pesta 100 hari Keluarga Damara diselenggarakan dengan sangat meriah. Tamu yang datang mengucapkan selamat pun terus berdatangan tanpa henti.Keluarga Damara memang keluarga terpandang, apalagi mereka juga memiliki hubungan kekerabatan dengan Keluarga Sagara, keluarga kelas atas yang sangat berpengaruh. Tak heran, banyak yang berbondong-bondong datang berkunjung.Saat Floella naik ke lantai atas, nenek sepupu Alvaro yang bernama Yuni, sedang sibuk menerima tamu. Melihat Floella datang, Yuni segera melambaikan tangan sambil tersenyum, "Lho, kenapa cuma kamu? Alvaro mana?""Masih di bawah, lagi cari tempat parkir. Sebentar lagi juga naik," jawab Floella sambil tersenyum hangat, lalu menyerahkan hadiah yang dibawanya. "Ini sedikit bingkisan dari aku dan Alvaro."Yuni menerimanya dengan riang. "Kalian datang saja sudah cukup. Nenekmu itu, kesehatannya makin menurun tiap tahun, makanya minta kalian datang biar suasananya makin ramai dan bahagia."Sembari berkata begitu, Yuni menggandeng Floe

Floella sedikit menaikkan alisnya. "Dinas?""Acara dua tahunan Konferensi Teknologi Penerbangan di Kota Seam, yang hadir adalah para ahli dari dalam hingga luar negeri, ditambah para investor besar. Gimana? Tertarik, 'kan?" Carlo terkekeh-kekeh.Floella tahu bahwa selama sepuluh tahun terakhir, Kota Seam rutin mengadakan konferensi ini, salah satu acara paling bergengsi di industri. Mereka mengundang insinyur dan tenaga ahli terbaik dari seluruh dunia untuk saling bertukar ilmu dan pengalaman. Kesempatannya sangat langka."Aku kira ayahku juga akan hadir. Mumpung ada kesempatan, kamu bisa coba ngobrol dengannya. Hari ini atau besok, minta Sabrina temani kamu pilih gaun, pakai uang perusahaan saja," kata Carlo dengan murah hati.Begitu mendengar itu, Sabrina tidak lagi cemberut. "Oke! Serahkan sama aku, tenang saja! Aku pastikan pasangan Pak Carlo bakal jadi pusat perhatian!"Sabrina langsung memutar arah, meluncur ke pusat perbelanjaan terbesar. Sayangnya, setelah mutar-mutar, gaun-gau

Begitu Floella pergi, Mario langsung menyadarinya. "Kenapa dia pergi?"Alvaro menoleh sebentar ke arah meja Floella, melihat bahwa sepiring hidangan tadi bahkan belum tersentuh."Wah, dia benar-benar nggak tahu terima kasih," Mario menggeleng, merasa sangat membosankan. "Sok jual mahal."Rinoa tidak mengatakan apa-apa. Tentu saja dia paham apa yang ada di pikiran Floella. Itu karena harga diri yang terlalu tinggi, merasa Alvaro lebih memihak pada wanita lain. Karena merasa malu, Floella pun memilih untuk pergi.Dia memandang ke arah Alvaro. Alvaro sudah mengalihkan pandangannya, jelas tidak menganggap penting.Rinoa tersenyum tipis. "Nanti habis makan, temani aku jalan-jalan ya?"Alvaro tidak keberatan. "Boleh."....Ini pertama kalinya Floella datang ke Kota Seam, tetapi sebenarnya ibunya dulu kuliah di kota ini. Jadi, dia memutuskan untuk mengunjungi almamater sang ibu.Mereka harus membuat janji dulu untuk masuk. Setelah masuk, Floella berjalan-jalan cukup lama. Universitas Seam ada