“Valenha, sebaliknya kau dan aku berpencar,” kata Ainsley di tengah langkah lebarnya bersama Valenha. Napasnya tersendat, matanya waspada menyapu lorong gelap yang seolah menyempit. Di belakang mereka, suara langkah kaki terus mendekat. Entah ke mana Ersya pergi—perempuan itu menghilang seperti embusan angin, dan kini hanya tersisa mereka berdua. “Jika seperti ini, itu sama saja—” “Diam lah, Ai.” Suara Valenha terdengar rendah, hampir geram. “Membiarkanmu berlari sendiri jauh lebih berbahaya.” Ainsley tak bisa membantah. Ia menunduk, membiarkan bibirnya terkatup rapat. Tangan Valenha menggenggamnya begitu erat, seolah ingin menahan seluruh dunia agar tak menjatuhkan satu luka pun padanya. Dan untuk beberapa detik, Ainsley membiarkan tubuhnya diseret oleh kekuatan itu—perlindungan yang tak pernah ia minta, tapi diam-diam ia harapkan Valenha melirik ke arah Ainsley, sekilas, cukup untuk memastikan napas gadis itu masih terjaga. Ia tahu benar, asma Ainsley bisa kambuh kapan saja.
Huling Na-update : 2025-05-09 Magbasa pa