All Chapters of Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor: Chapter 351 - Chapter 360

Sementara itu, Deasy baru saja terbangun dari tidurnya. Semalam ia mabuk berat dan tidak menyadari apa yang terjadi. Ia bahkan tidak ingat jika Kenan datang ke apartemennya dan meminta tanda tangan darinya.“Ya Tuhan … kepalaku pusing sekali,” gumam Deasy sambil memegang kepalanya.Usai mendapat uang penjualan rumah keluarga Ghalib, Deasy sengaja ingin menyenangkan diri. Ia membeli minuman alkohol sebagai simbol perayaannya.Ia suntuk seharian kemarin dan ingin menghilangkan kepenatannya beberapa saat. Tidak disangka ia malah mabuk berat.“Siapa yang memindahkan aku ke kamar? Apa Kenan? Dia datang ke sini semalam?”Deasy mengulum senyum sambil menggelengkan kepala. Usai acara ulang tahun kemarin, ia jadi semakin menyukai Kenan. Deasy berharap jika Kenan akan membuka hati dan mau serius berhubungan dengannya.Kemudian Deasy tampak meraih ponselnya. Ia melihat daftar panggilan dan ada nama Kenan di sana. Sepertinya tadi malam, ia memang melakukan panggilan ke Kenan. Hanya saja ia tidak

“Gawat!! Aku harus segera pergi dari sini. Aku tidak mau masuk penjara,” gumam Nyonya Emilia.Ia terlihat panik dan bergerak dengan cepat. Sayangnya, dia meninggalkan terlalu banyak sidik jari di sana. Ia lupa jika polisi akan menyelidiki TKP lebih dulu.Dengan tergesa, Nyonya Emilia berjalan keluar ruangan Deasy. Ia menundukkan wajah dan sengaja menghindar dari tatapan sekretaris Deasy. Saat Nyonya Emilia masuk ke dalam ruangan Deasy, ia belum melihat sekretarisnya. Kenapa kini sekretaris Deasy sudah berada di sana?“Aku tidak boleh membuatnya curiga,” batin Nyonya Emilia.Perlahan Nyonya Emilia berjalan dengan santai dan tampak tersenyum menyapa wanita muda yang duduk di meja sekretarisnya. Kemudian dengan cepat ia berjalan menuju lift.Tangan Nyonya Emilia gemeteran saat menekan tombol angka di dalam lift. Ia ingin lift itu segera membawanya turun sebelum semuanya tahu mengenai kematian Deasy.Untung saja, kali ini lift tersebut mau beker

“Apa Anda sudah mendengar kabar terbaru hari ini, Tuan?” tanya Arifin melalui panggilan telepon.Ghalib yang baru saja selesai meeting tampak terkejut mendengar pertanyaan Arifin. Sejak ia bekerja di kantor temannya, Ghalib tidak mau ambil pusing dengan kabar mengenai perusahaannya. Hanya saja, beberapa kali Arifin yang selalu memberi informasi terupdate padanya.“Memangnya kabar apa lagi? Apa Deasy menghubungimu juga agar memintaku membuka akses rekening tabungan perusahaan?”Arifin tersenyum sambil menggelengkan kepala.“Jadi Nona Deasy sudah tahu mengenai rekening tersebut, Tuan.”Ghalib mengangguk. “Ya dan dia menghubungiku kemarin. Sepertinya sangat membutuhkan uang kali ini.”Arifin mengangguk, membenarkan keterangan Ghalib.“Saya rasa, untuk hal itu Nona Deasy sudah mendapatkan solusinya, Tuan. Dia sudah menjual rumah keluarga Anda kemarin.”Seketika Ghalib tercengang kaget. Meski Ghalib tidak peduli lagi dengan semua ul

“NYONYA EMILIA!! BUKA PINTUNYA!!! Kami tahu Anda di dalam.”Serta merta Nyonya Emilia kembali terperanjat mendengar suara dari luar. Kakinya gemeteran begitu juga tangannya. Kepalanya kini terus menggeleng ketakutan.“Tidak. Tidak mungkin polisi tahu tempat ini. Siapa yang membocorkannya?”“NYONYA EMILIA!!! BUKA PINTUNYA!!!”Sekali lagi suara terdengar dari luar, kini disertai ketukan yang semakin keras. Nyonya Emilia ketakutan dan jadi panik sendiri.“Aku tidak mau ditangkap. Aku tidak mau dipenjara. Aku tidak membunuh Deasy. Aku hanya membunuh Surya dan istrinya, bukan Deasy.”Nyonya Emilia meracau sambil berjalan mondar mandir kebingungan.“NYONYA EMILIA!! Kalau Anda tidak mau membukakan pintu, kami akan membuka paksa pintunya!!!”Nyonya Emilia tercengang kaget dan secepat kilat berlari masuk kamar. Ia bersembunyi di sana. Tak lama sudah terdengar suara dobrakan pintu bersamaan dengan beberapa langkah mendekat.Nyonya

Seketika Kenan terbelalak kaget. Ia memutar tubuhnya dan terkejut saat melihat Tuan Kris sedang berdiri di depannya.“Om … sejak kapan Om ke sini?”Tuan Kris tersenyum sambil berjalan mendekat.“Sejak tadi sore. Aku baru datang dari luar negeri dan baru tahu jika Kak Eliana sudah pulang ke rumah. Jadi, aku menjengguknya ke sini.”Kenan hanya diam sambil menganggukkan kepala. Tuan Kris masih diam, tapi matanya terus mengintai Kenan. Seolah sedang mencari sesuatu yang disembunyikan Kenan.“Kamu kenapa tegang, begitu? Kamu menyembunyikan apa, Kenan?”Kenan berdecak, mendongak menatap Tuan Kris kemudian menggeleng.“Aku tidak menyembunyikan apa-apa. Aku hanya kesal hari ini.”Tuan Kris terdiam, mengernyitkan alis sambil menatapnya bingung.“Kesal kenapa? Apa ada masalah di kantor?”“Bukan di kantor, tapi nenek tua itu masalahnya.”La