"Astaghfirullah, Nabil!"Keya buru-buru memalingkan wajah, pipinya bersemu merah. Ia tak menyangka pintu terbuka begitu saja, menampilkan sosok lelaki itu dengan hanya handuk melilit pinggang.Nabil berdiri membelakangi sinar pagi dari jendela kamar, membuat siluet tubuhnya semakin terlihat jelas. Bahunya lebar, otot lengannya menggurat, dan dada bidangnya masih basah. Sisa sabun mengalir pelan, turun mengikuti alur otot perutnya yang mengeras. Bahkan masih ada sabun di dadanyaKeya menelan ludah. Jantungnya berdebar. Pandangannya meluncur cepat ke lantai."Aku kira siapa," kata Nabil. Suaranya serak, sedikit tertahan, seolah baru sadar apa yang terjadi."Maaf..." bisik Keya, langkahnya berbalik cepat ke arah dapur, hendak mencari Bu Aisyah untuk menutupi rasa malu. Namun belum sempat ia melangkah jauh—"Ya, ya, ya, ya!"Suara Sheryn melengking di ruangan itu. Tangannya terjulur ke arah Nabil. Anak itu menangis, suaranya pecah, dan tubuhnya memberontak dari gendongan Keya."Sshh... She
Last Updated : 2025-07-29 Read more