Jihan hanya diam. Pandangannya menunduk, matanya menatap kosong ke arah lantai seolah mencari kekuatan dari permukaan datar yang tak mampu memberi jawaban.Namun perlahan, ia menganggukkan kepala. Gerakannya nyaris tak terlihat, seolah keputusan itu berat hingga tubuhnya pun enggan menyetujuinya.“Sesuai dengan perjanjian pernikahan yang sudah kami sepakati... saya harus merelakan, meski itu sangat sulit dan berat,” ucapnya lirih.Melvin yang sejak tadi memperhatikannya, hanya bisa mengangguk pelan. Ia lalu menepuk pelan pundak Jihan, penuh empati.Sentuhan itu ringan, namun terasa hangat. Seakan ingin mengatakan bahwa Jihan tak sendiri, meski kenyataannya ia harus menanggung semua perasaan itu sendiri.“Kamu adalah wanita hebat yang pernah aku temukan, Jihan,” ucap Melvin, senyumnya tipis, tulus dari hati.“Tapi, kamu percaya bahwa jodoh tidak akan ke mana, kan? Bisa jadi... dari istri siri, jadi istri sungguhan.”Kata-kata itu menggantung di udara. Lalu Melvin beranjak pergi, mening
Terakhir Diperbarui : 2025-06-02 Baca selengkapnya