Semua Bab Diam-diam Menikahi Bos Besar: Bab 21 - Bab 30

Emily berdiri berdampingan dengan Felix Widjaja. Baru dia menyadari kalau tinggi badan pria itu sama persis dengan Felix Lewis.Hanya saja, jika suaminya adalah pria yang lembut dan hangat tapi yang ini adalah pria yang sangat dingin dan sombong.Setelah hening untuk beberapa saat, terdengar suara Felix, “Itu, aku berterima kasih atas bantuanmu pada nenekku.”Emily tidak melihat wajah pria itu, dia hanya mengangguk.“Aku juga minta maaf, masalah nenek memanggilmu cucu menantu…”Emily buru-buru memotong, “Tidak perlu diambil hati. Bukankah kamu bilang, nenek menderita Alzheimer? Itu bukan salahnya.”Pria itu mengangguk-angguk, “Baiklah.”“Nona Emily, nenekku sepertinya sangat menyukaimu. Aku berpikir jika nenekku sering menghabiskan waktu denganmu, kesehatannya pastí akan cepat pulih. Aku ada penawaran menarik untukmu. Bagaimana kalau kamu berpura-pura menjadi cucu menantunya. Itu hanya didepan nenekku saja. Kamu hanya perlu pulang kesini dan bebas melakukan apapun diluar sana. Dan aku

Malam harinya Emily tidur dengan nyenyak tanpa ingin memikirkan apapun. Dia sengaja ingin bangun lebih awal agar bisa mempersiapkan diri secara maksimal.Wawancara besok, disamping demi kebaikan perusahaan tempatnya bekerja, tentu saja karena dia sangat penasaran dengan sosok Presdir Lewis.Ketika pagi hari dia sampai di kantor, dia melihat Popi dan Amel sudah berdiri menunggunya dengan wajah tidak sabaran.Emily merasa ada yang lain dengan kedua rekan kerjanya itu. Setelah memperhatikan dengan baik, ternyata mereka telah merias diri dengan berlebihan.Popi menatap kesal padanya dan berkata,”Kenapa penampilanmu seperti ini?”Emily sedikit tertegun kemudian memperhatikan dirinya. Hari ini dia memakai pakaian kerja seperti biasa. Kaos putih dengan jas hitam. Celana jeans berwarna hitam dan sepatu berwarna putih. Emily membetulkan kartu nama di lehernya dan bertanya, “Apa ada yang salah?”Amel melotot. “Apa tidak bisa kalau sedikit saja lebih feminim?”"Yang akan kita temui kali ini ada

“Wow! Ternyata Presdir Lewis sudah menikah! Selamat ya, atas pernikahan! Pastí banyak yang patah hati dengan berita ini.” Amel tidak sadar berkata dengan keras.Popi justru terlihat aneh, dia menghitung jarinya seperti sedang mengingat-ingat sesuatu."Tunggu sebentar, Presdir Lewis menikah tiga hari yang lalu, kamu juga menikah tiga hari hati yang lalu, kan?” Popi menoleh ke Emily.“Wah..! Kenapa bisa kebetulan ya? Haha.. Aku hampir saja mengira kalau kalian pasangan yang menikah itu!" Tidak diduga Popi berkata demikian.Emily hampir berteriak. Dia itu suamiku! Aku benar-benar yakin sekarang!Emily memberi tatapan isyarat pada Popi. Popi buru-buru berkata, "Maaf Presdir, hehe. Kami hanya ingin bercanda sedikit." "Baiklah. Terima Kasih atas semua jawaban Anda yang sangat memuaskan. Semoga Anda semakin jaya dan pernikahan Anda akan bahagia selamanya." Terakhir kata Amel yang menutup wawancara dan meminta izin untuk memotret Presdir Lewis.Felix Lewis mengizinkan dengan ramah.Lalu Pop

Melisa, ibu Kelvin saat ini sedang sangat marah. Dia menatap Kelvin yang berdiri di depannya.“Aku tidak habis pikir, bukankah Emily hanya anak haram keluarga Juwanda? Bagaimana bisa Alika kalah darinya?”“Ibu, Alika tidak pintar dalam merayu orang.”“Tapi dia pintar merayumu?” Potong Melisa.“Ibu,”“Dengar Kelvin, kita bukan hanya kehilangan muka di depan Felix! Tapi juga kehilangan 2% saham! Lalu bagaimana caramu mengalahkan Felix Widjaja kalau begini?”Kelvin menarik nafas resah, “Ibu, sebenarnya aku tidak ingin bersaing dengan kakak sepupuku sendiri.”Melisa menatap kesal, belum sempat dia berkata suaminya melangkah masuk. Andreno telah mendengar semua percakapan anak dan istrinya.“Kelvin, aku sudah susah payah melakukan apapun demi kamu! Sekarang kamu malah bilang tidak mau bersaing?” Andreno mendekati Kelvin.“Aku tidak mau tahu, kalau Alika tidak bisa mendapatkan saham 2% dari nenekmu, jangan harap dia bisa masuk keluarga Widjaja!”Tentu saja Andreno sangat kecewa. Setelah di

Emily hanya bisa menarik nafas dan kembali ke sofa. Tapi hatinya penuh pertanyaan. Membuat dia tidak tenang dan berjalan mondar mandir. Dia ingin menyusul Felix, tapi tidak tahu harus kemana. Mungkin karena lelah berjalan mondar mandir, dia memilih merangkak ke atas tempat tidur. Tapi dia tetap tidak biša tidur. "Dia kemana?" Emily melihat jam. Ini sudah malam. Tapi Felix belum juga kembali ke kamar.Apa mungkin saja dia tidur di kamar lain, atau dia punya wanita diluar sana?Pikiran Emily kemana-mana. "Aku tidak tahu apa alasan dia menikahiku, apa benar hanya ingin menyelamatkan reputasi keluarga, tapi kenapa dia harus meninggalkan tunangannya? Itu kan tidak masuk akal?”Emily kembali duduk. Itu tapi tidak membuatnya tenang. Dia kemudian memutuskan keluar.Begitu dia keluar dari kamar, dia melihat Ken berjalan dengan membawa secangkir kopi. Ken berhenti saat melihat Emily menghampirinya."Nona, kenapa belum tidur?" "Itu kopi untuk siapa?" Emily malah bertanya."Untuk Tuan Lewis