Semua Bab Noda Dalam Semalam: Bab 101 - Bab 110

"Jangan jadi anak yang tidak tahu balas budi, sudah syukur sejak kecil kamu tidak dibuang di panti asuhan."Seruni menggigit bibirnya tak tega rasanya mendengar ucapan kasar sang mertua pada suaminya. Wanita itu tetap memaksa Jagat untuk menikahi Rira, dan wanita tak tahu malu itu juga kukuh ingin menjadi istri kedua Jagat. Entah kemana harga diri yang dulu sangat dia agung-agungkan, dia memang tidak mencintai Jagat, belum mungkin tepatnya tapi tetap saja dia merasa iba melihat laki-laki itu yang selalu terlihat kusut akhir-akhir ini. Apa dia harus menjadi korban lagi? Seruni berjalan masuk ke kamarnya dengan pikiran penuh, percakapan dengan Bayu tadi siang juga masih terngiang di telinganya. Laki-laki itu curiga Rira ada hubungannya dengan kematian Arsen. Itu satu tuduhan yang sangat serius, dan Seruni tahu kalau Bayu bukan seperti ibu-ibu kompleks tukang gosip yang mengatakan sesuatu tanpa keyakinan yang kuat. Laki-laki itu terlalu cerdas untuk membuat kebohongan murahan se

Jagat sudah meminta sang mama untuk membuat pernikahan sesederhana mungkin, tapi wanita yang telah membesarkannya itu menolak dan membuat pesta cukup meriah, meski tidak semeriah pernikahan yang telah sang mama rencanakan untuk Arsen. “Rira pasti sudah punya pernikahan impiannya, jangan merusak kebahagiaannya.” Jagat hanya bisa menghela napas panjang, wanita di depannya ini sangat tahu bagaimana menekannya untuk bisa membuatnya merasa berdosa karena berhutang budi sudah diterima di keluarga ini. “Kamu hanya anak selingkuhan suamiku, jangan jadi anak yang tidak tahu balas budi.” Jagat menghela napas panjang sungguh, dia sama sekali tidak pernah minta dilahirkan sebagai anak sang ayah dan selingkuhannya. Kadang Jagat saat teringat panti asuhan milik kakaknya dia berpikir mungkin lebih baik jika dia hidup di panti sejak kecil, setidaknya setelah dewasa dia bisa bebas menentukan jalan hidupnya sendiri tanpa harus merasa berhutang budi seumur hidup dan menuruti kemauan sang mama meski

Kecuali terlambat bangun pagi, tidak ada hal besar yang terjadi di hari pertama dia resmi mempunyai madu. Ada rasa sakit memang yang diam-diam menghuni hatinya saat ini tapi hal itu bisa diatasinya. Rasa lega lebih mendominasinya saat dia bangun dan mendengar suara tawa putra kecilnya hatinya menjadi hangat. Inilah yang dia inginkan. Seruni beranjak bangun dan pergi ke kamar sang putra, senyumnya makin lebar saat laki-laki kecilnya sudah rapi dan wangi. "Baby Day, akan kontrol hari ini, nyonya. Apa saya perlu ikut?" Tanya sang pengasuh dengan hati-hati. Wanita itu lalu menunduk dalam saat menyadari ucapannya yang mungkin membuat sang nyonya sedih. Hari ini suami sang nyonya pasti sedang menghabiskan hari dengan wanita barunya, tak mungkin bisa menemani. "Saya bisa pergi sendiri, mbak di rumah saja," kata Seruni. Hari ini dia akan melihat hasil test sang anak, dia harus menguatkan hati untuk kemungkinan terburuk sekalipun. Bagaimanapun kondisi sang putra nanti dia harus kuat.

“Maafkan aku, Run. Tapi semuanya sudah terjadi, semua keluarga Jagat juga setuju dengan pernikahan kami.” Entah dari mana wanita ini tahu tentang rumah ini, Seruni tak ingin tahu. Sebuah kesalahan besar memang menerima ular masuk ke dalam rumah. Saat pak Diman mengatakan ada tamu seorang wanita yang katanya sahabatnya datang berkunjung, Seruni kira itu Tita karena dia memang sudah memberikan alamat ini padanya, tapi ternyata... Seruni masih diam, dia hanya menatap Rira dengan pandangan datar. “Aku minta maaf sudah datang kemari, tapi kamu harus tahu Jagat juga suamiku sekarang,” kata wanita itu yang kini seolah kehilangan sikap lembut dan anggunnya. Wajahnya memerah, sorot matanyapun menantang. Perempuan licik. Seruni sudah tahu memang Rira selicik itu, tapi dia sama sekali tak menyangka Jagat akan pergi meninggalkan pengantinnya. Dia sudah cukup terkejut saat suaminya menjemputnya dari rumah sakit, tapi rasa sakit hati membuatnya memilih tak bertanya kenapa sang suami

Bukan Seruni tak ingin peduli. Bukan dia tak mau membantu. Seruni hanya ingin hidup tenang tanpa bayang ketakutan. Berurusan dengan mereka memang tak mudah. Ini bukan hanya soal uang, tapi juga kekuasaan dan koneksi. Seruni sekarang punya uang memang, banyak. Hingga dia bingung apa yang harus dia lakukan dengan uang itu, tapi koneksi dan kekuasaaan dia sama sekali tidak memiliki itu. Dalam hidupnya yang sederhana Seruni hanya ingin hidup nyaman bersama anaknya dan mencurahkan seluruh kasih sayangnya. Dia sudah berjanji pada sang anak untuk menjadi ayah sekaligus ibu untuk putra kecilnya. Enam bulan ini memang statusnya sebagai istri pertama Jagat, istri yang tersisih tentu saja, tapi hatinya justru merasa lega, paling tidak dia berhenti berharap pada sang suami. Janji memang hanya tinggal janji. Pembagian waktu yang adil yang laki-laki itu katakan nyatanya hanya isapan jempol. Bahkan dalam satu minggu Jagat hanya datang satu dua kali itupun hanya satu dua jam karena se