Isvara akhirnya menoleh, tapi sudut bibirnya nyaris terangkat. Bukan karena lucu, tapi karena pria ini memang selalu tahu cara membuatnya kesal setengah mati.“Lihat ini, video dari CCTV lantai bawah.” Alvano menggeser ponselnya lebih dekat.Di layar, Isvara melihat sosok Alvano yang sedang mabuk di meja bar bersama Jefri, lalu seorang perempuan mendekat, menarik-narik lengannya. Gerakannya jelas memaksa.“Lihat gimana dia narik-narik aku. Bukan aku yang nyari dia, Ra. Dia yang maksa ikut,” ucap Alvano tegas.Isvara masih diam, matanya terpaku pada layar, tapi bibirnya terkatup rapat.“Lagian, ngapain aku beli pelacur sih? Kalau aku punya istri yang …,” Alvano mencondongkan tubuh, menatap Isvara lekat-lekat, “… jauh lebih cantik. Dan jauh lebih memuaskan.”Isvara langsung menoleh cepat, wajahnya memanas. “Kamu–”“Karena cuma kamu yang bisa bikin aku kehilangan kendali,” potong Alvano. “Nggak ada yang lain bisa bikin aku segila ini.”Isvara mengerjap, mencoba mempertahankan tatapan taja
Terakhir Diperbarui : 2025-08-25 Baca selengkapnya