Setelah hampir setengah jam berkeliling, lampu jalan sudah semakin sepi. Alvano mulai kesal sendiri, rahangnya mengeras sambil mengetuk setir. “Mana ada orang jual rujak malem-malem gini? Ini udah hampir jam sembilan, Ra,” gerutunya.“Aku kira ada, Mas. Biasanya, ‘kan ada aja tukang gerobak yang masih buka sampai malam,” cicitnya merasa bersalah, tapi juga masih berharap.“Kalau pun ada, itu bukan rujak Bangkok. Itu rujak random yang entah pakai apa,” sahut Alvano dingin, matanya tetap fokus ke jalan.Isvara cemberut, lalu meraih ponselnya. “Kalau gitu aku tanya Ibu, siapa tahu Ibu tahu tempatnya.” Namun, setelah beberapa kali mencoba, hasilnya nihil. “Ih, Ibu juga nggak tahu. Katanya paling besok baru ada.”Alvano menghela napas panjang, mencoba menahan frustrasi. Namun, begitu menoleh sebentar dan melihat wajah istrinya yang kecewa, hatinya langsung melembek. “Udah, biar aku cari cara lain.” Tanpa pikir panjang, pria itu menepikan mobil dan meraih ponselnya. Jarinya cepat menekan
Terakhir Diperbarui : 2025-09-03 Baca selengkapnya