Daneswara bangkit perlahan, kedua telapak tangan terbuka ke depan. “Paduka Raja Wirya, aku memohon maaf atas kelancangan anakku,” ujarnya dalam-dalam, tubuhnya membungkuk sedikit—gestur langka dari seorang raja. “Dia muda dan gegabah, tapi bukan maksudnya merendahkan kehormatan Wanawaron.” Wirya masih berdiri kaku, nafasnya berat seperti banteng terluka. Tapi sorot matanya sedikit meredup melihat Daneswara, raja yang penuh wibawa kini menunduk di hadapannya. “Dia—” “Aku bersumpah,” Raja Daneswara memotong lembut, “tak akan mengungkit rahasia dan tradisi Wanawaron yang akan keluar dari mulutnya. Aku sendiri yang akan mengawasi.” Tangannya menunjuk ke Pangeran Candra Damar yang terpaku di kursi, wajah pucat. “Diam, Nak! Kau telah mempermalukan ayahmu dan tamu kita!”Arunya, yang awalnya membeku, perlahan meletakkan tangan di lengan Wirya. “Dengarkan dia, Kanda. Jangan membuat gaduh di penjamuan ini,” bisiknya, jari-jarinya menggenggam erat. Wirya menghela napas panjang, bahunya yang
Huling Na-update : 2025-05-26 Magbasa pa