Wirya menggeram ketika dua orang perampok menekan bahunya dengan kasar, memaksanya berlutut di tanah lembap. Pisau belatinya sudah terlempar jauh, tergeletak di dekat akar pohon beringin. Ambarani berjalan perlahan mendekat, sepatunya menginjak-injak daun kering. “Lihatlah,” bisiknya dengan nada mengejek, “orang yang memojokkan raja Karta Loka, sekarang berlutut di hadapanku.” Satu tamparan keras dari Ambarani lalu wanita itu meraih rambut Wirya dengan satu tangan, menarik kepala pria itu ke belakang hingga wajahnya terpapar cahaya bulan. “Dua hari lalu kau menggagalkan strategiku di Karta Loka,” ujarnya, suaranya tiba-tiba lebih lembut dari yang ia rencanakan. Matanya yang tajam menyapu wajah Wirya yang gagah, berhenti di lekuk bibirnya yang kini berdarah. Napas Ambarani sedikit tersendat saat ia berlutut di depan Wirya. "Membuat tiga anak buah terbaikku gugur," lanjutnya, tapi tanpa amarah yang tadi. Jarinya tanpa sadar meraih dagu Wirya, mengangkat wajahnya lebih tinggi.
Last Updated : 2025-08-06 Read more