Hari itu adalah Sabtu ketiga sejak Iqbal terakhir hadir. Raydan menghitung ulang daftar nama: 14 anak duduk di atas tikar, pensil di tangan, lembar kosong di depan mereka.Iqbal tak datang. Lagi.Dan tidak ada kabar.Anak-anak lain hanya bilang, “Dia disuruh bantu angkat karung.” Tapi wajah mereka… tidak yakin. Dan Raydan tahu: itu bukan jawaban. Itu pengalihan.Malamnya, Raydan duduk sendiri di ruang baca. Menatap halaman kosong jurnalnya.“Apa artinya ruang aman… jika seseorang memilih menghilang darinya?”Nara mendekat, duduk diam. Raydan hanya bergumam, “Iqbal belum datang. Lagi.”Nara menatapnya.“Kalau kamu merasa harus cari tahu… cari. Jangan tunggu ‘boleh.’”Dua hari berikutnya, Raydan bertemu Riko—anak lain di kelas. Dengan nada pelan, Riko akhirnya bicara:“Iqbal dipukul, Bang. Sama abangnya. Gara-gara nilainya turun, katanya.”Raydan terdiam.Riko melanjutkan, “Dia bilang, tulisannya bikin dia ‘lembek.’”“Apa kamu tahu rumahnya?”Riko mengangguk.“Tapi jangan bilang d
Huling Na-update : 2025-06-11 Magbasa pa